Jumlah Pengungsi di Dunia Catat Rekor, Biden Salahkan Rusia

Selasa, 21 Juni 2022 - 20:49 WIB
loading...
Jumlah Pengungsi di Dunia Catat Rekor, Biden Salahkan Rusia
Presiden AS Joe Biden menyalahkan Rusia atas peningkatan jumlah pengungsi di dunia yang mencatat rekor. Foto/Times of India
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaitkan serangan Rusia di Ukraina dengan rekor jumlah pengungsi di seluruh dunia yang sebelumnya dilaporkan oleh PBB.

“Sebagai akibat dari perang Rusia melawan Ukraina, kami baru-baru ini mencapai tonggak sejarah yang suram,” kata Biden dalam sebuah pernyataan pada kesempatan Hari Pengungsi Sedunia yang diterbitkan oleh Gedung Putih .

“Menurut Badan Pengungsi PBB, lebih dari 100 juta orang sekarang dipindahkan secara paksa, lebih banyak daripada waktu lain dalam sejarah,” dia menambahkan seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (21/6/2022).

Didirikan pada tahun 1950, Badan Pengungsi (UNHCR) memberikan bantuan dan bantuan hak asasi manusia kepada para pengungsi dan juga melacak statistik orang-orang yang dipindahkan.



Dilaporkan kembali pada bulan Mei bahwa jumlah orang yang terpaksa melarikan diri dari konflik, kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia dan penganiayaan kini telah melampaui tonggak sejarah yang mengejutkan, 100 juta untuk pertama kalinya dalam catatan.

Biden juga menggunakan kesempatan itu untuk memuji AS karena menampung lebih dari 80.000 warga Afghanistan selama setahun terakhir, serta menyediakan tempat berlindung sementara yang aman bagi puluhan ribu warga Ukraina.

Menurut data UNHCR, tercatat ada 5.137.933 pengungsi Ukraina di seluruh Eropa per 16 Juni. Dari jumlah tersebut, 1.230.800 telah menyeberang ke Rusia, 1.169.497 telah memasuki Polandia, 780.000 melarikan diri ke Jerman, dan sisanya tersebar di antara negara-negara Eropa lainnya.

Angka PBB untuk Afghanistan menunjukkan bahwa sekitar 3,4 juta orang saat ini mengungsi, dengan 2.069.703 pengungsi Afghanistan terdaftar di lima negara tetangga pada akhir Mei 2022. Pasukan pimpinan AS menarik diri dari negara itu akhir Agustus lalu, dengan Taliban segera mengambil alih semua negara.



Sementara itu, pada hari yang sama Gedung Putih merilis pernyataan Biden, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian memposting tweet dengan judul “Penganiaya di zaman kita. #Hak asasi Manusia."

Tweet ini menampilkan foto campuran yang tampak menyandingkan anggota militer AS dengan warga sipil yang terluka di beberapa negara atau negara Timur Tengah.

“Sejak 2001, perang yang diprovokasi AS di Timur Tengah telah [sic] menewaskan 900.000 orang, termasuk sekitar 335.000 warga sipil, dan membuat puluhan juta orang mengungsi," bunyi catatan kaki dibawahnya.

Sebuah laporan oleh UNHCR memperkirakan bahwa ada sekitar 1,6 juta pengungsi Irak dan 1,5 juta pengungsi internal di Irak pada tahun 2010 – satu tahun sebelum pasukan AS ditarik dari negara itu.

Washington meluncurkan operasi militernya pada tahun 2003, mengklaim bahwa mereka memiliki bukti bahwa pemimpin Irak saat itu Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Namun AS akhirnya harus mengakui bahwa informasi intelijennya cacat, karena gagal menemukan senjata semacam itu di negara tersebut.



(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)