Hanya Tulang dan Kulit, Gajah-gajah di Bali Jadi Sorotan Media Asing

Jum'at, 08 Oktober 2021 - 11:51 WIB
loading...
A A A
Gajah untuk taman dan kebun binatang bersumber dari pusat penangkaran yang didirikan 30 tahun lalu di Sumatra untuk membantu menstabilkan spesies yang menghilang dengan cepat.

Sebagai imbalan untuk memberi mereka rumah, bisnis terakreditasi diizinkan untuk menjual layanan wisata gajah yang sangat menguntungkan sebelum pandemi. BEC mengenakan biaya USD230 (Rp3,2 juta) untuk naik gajah selama setengah jam untuk dua orang.

Kelahiran tiga bayi gajah selama 15 tahun terakhir menunjukkan BEC tidak hanya memenuhi tetapi juga melebihi persyaratan kesejahteraan hewannya.

“Teman-teman kami di konservasi mengatakan kami memiliki beberapa gajah paling sehat dan paling bahagia yang pernah mereka lihat!” bunyi informasi di situs web perusahaan yang masih aktif.



Tetapi foto-foto yang diambil oleh seorang dokter hewan di taman itu pada bulan Mei lalu, menunjukkan beberapa gajah yang sangat kekurangan gizi.

“Anda tidak dapat membayangkan seekor gajah kurus sampai Anda melihatnya,” kata Femke Den Haas, seorang dokter hewan asal Belanda yang telah bekerja untuk melindungi satwa liar di Indonesia selama 20 tahun.

"Mereka adalah hewan besar dan Anda tidak dimaksudkan untuk melihat tulang mereka," ujarnya.

“Tapi itulah mereka—hanya kulit dan tulang.”

Hass mengunjungi kamp tersebut sebagai mitra BKSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Bali, badan pemerintah yang mengawasi taman safari dan kebun binatang di pulau yang mengadopsi gajah Sumatra.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1638 seconds (0.1#10.140)