Bush: Iran Berbahaya Bagi Perdamaian Dunia dengan Menargetkan Israel

Kamis, 20 Mei 2021 - 01:46 WIB
loading...
Bush: Iran Berbahaya...
Mantan Presiden AS George W. Bush mengatakan, Iran berbahaya bagi stabilitas di Timur Tengah dan dunia. Foto/Kolase/Sindonews
A A A
WASHINGTON - Mantan presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush mengatakan, Iran "berbahaya" bagi stabilitas di Timur Tengah dan dunia. Menurut Bush, Iran berusaha untuk 'memutuskan aliansi' yang dibentuk selama pemerintahan Donald Trump.

Dalam wawancara eksklusif dengan Fox News tentang buku barunya, "Out of Many, One: Portraits of America's Immigrants," Bush menyoroti kisah Mariam Memarsadeghi - seorang imigran Iran yang, selama Revolusi Iran 1979, datang ke AS dan telah mendedikasikan karirnya untuk mengejar demokrasi di Iran.

Ketika ditanya tentang kekerasan Israel-Palestina yang sedang berlangsung, Bush mengatakan bahwa apa yang kita saksikan saat ini adalah pengaruh Iran yang ditargetkan ke Israel.



"Saya pikir pendekatan terbaik berkaitan dengan Iran adalah untuk memahami bahwa pengaruh mereka berbahaya bagi perdamaian dunia, bahwa mereka sangat terlibat dengan gerakan ekstremis di Lebanon dan Suriah dan Yaman, dan mereka bertujuan untuk menyebarkan pengaruh mereka," kata Bush kepada Fox News, ketika ditanya tentang bagaimana AS harus terlibat dengan Teheran.

"Setiap kesepakatan yang dilakukan tidak hanya fokus pada kemampuan nuklirnya, tetapi juga pengaruhnya di Timur Tengah," lanjut Bush.

"Dan tahukah Anda, kesepakatan apa pun, Anda harus mengingat bahaya Iran yang agresif terhadap sekutu kami, dan stabilitas, jadi itu harus dilihat secara menyeluruh," ujarnya seperti dikutip dari Fox News, Kamis (20/5/2021).

Hubungan antara AS dan Iran berada di titik nadir setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak memutuskan keluar dari perjanjian nuklir 2015 yang ditandatangani Iran dengan sejumlah negara Super Power dan Uni Eropa. Langkah itu diikuti dengan penjatuhan sejumlah sanksi dengan menggunakan serukan "sanksi maksimum".

Iran pun bereaksi dengan menanggalkan sebagian ketentuan perjanjian yang dibuat untuk membatasi proyek nuklir Iran. Teheran selama ini mengklaim bahwa proyek nuklirnya itu bertujuan damai.

Pasca lengsernya Trump, pemerintahan AS dibawah Presiden Joe Biden mencoba untuk masuk kembali dalam perjanjian tersebut. Sejauh ini, baik Iran maupun AS, sama-sama memberikan kesan positif atas negosiasi yang tengah berlangsung.



Seiring Presiden Joe Biden mengeksplorasi kemungkinan AS kembali ke perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh pendahulunya Donald Trump, Israel telah meningkatkan seruan pembatasan yang lebih besar untuk dikenakan pada teknologi dan proyek Iran yang sensitif.Israel menegaskan bahwa negara itu tidak terikat oleh diplomasi dan perang dengan Teheran pasti akan mengikuti kesepakatan itu.

Bayangan akan konflik antara Iran dan Israel terus terjadi di Timur Tengah. Kedua belah pihak sering menyalahkan satu sama lain atas insiden yang tidak diklaim seperti serangan yang tampaknya menimpa kapal-kapal milik kedua negara di Laut Merah dalam beberapa bulan terakhir.

Iran juga menuduh Israel melakukan upaya klandestin untuk mengganggu program nuklirnya, seperti pembunuhan seorang ilmuwan nuklir terkemuka pada November lalu dan pemadaman listrik yang melanda fasilitas utama di Natanz bulan lalu. Para pejabat Iran menyatakan program nuklir mereka tidak pernah dimaksudkan untuk menghasilkan senjata pemusnah massal, tetapi para pejabat Israel meragukan hal ini dan menentang kembalinya AS ke perjanjian nuklir.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3109 seconds (0.1#10.140)