Langkah WHO Tolak 'Paspor Kebal Covid-19' Dinilai Tepat
loading...
A
A
A
EDINBURGH - Para dokter menyebut keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menolak ide adanya "paspor kebal" Covid-19 sebagai langkah tepat. WHO menyebut, saat ini tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki antibodi tidak akan kembali terinfeksi virus tersebut.
Pengumuman WHO itu dikeluarkan karena beberapa negara telah mempertimbangkan untuk mengizinkan orang-orang yang telah pulih untuk bepergian atau kembali bekerja.
Robert Coull, seorang dokter umum di Strachur Medical Practice di Skotlandia, seperti dilansir Al Arabiya mengaku sangat prihatin bahwa beberapa negara sedang mempertimbangkan paspor imunitas.
"Kami telah melihat virus Corona sebelumnya. Salah satunya menyebabkan flu biasa dan lainnya menyebabkan infeksi pada hewan. Mereka diketahui sulit bagi sistem kekebalan untuk mengembangkan kekebalan jangka panjang. Misalnya, kekebalan terhadap flu biasa berlangsung beberapa minggu hingga berbulan-bulan," ucap Coul.
"Banyak ahli, termasuk saya sendiri, telah mengatakan di depan umum selama berbulan-bulan bahwa kita perlu berhati-hati dalam mendasarkan strategi kita pada kekebalan, karena kita tidak tahu apakah memiliki Covid-19 akan membuat kita kebal dan jika demikian, untuk berapa lama," sambungnya.
Dia mengatakan, juga tidak mungkin untuk mengetahui seperti apa paparan selanjutnya. "Ini mungkin penyakit yang lebih ringan karena ingatan parsial, atau mungkin sebenarnya lebih buruk karena sistem kekebalan bereaksi berlebihan pada waktu berikutnya," katanya.
Coull mengatakan bahwa influenza menawarkan studi kasus komparatif yang menarik. Influenza memiliki vaksin yang hanya 50 persen efektif, tetapi influenza jauh lebih tidak menular daripada Covid-19.
Vaksin yang efektif sebagian pada influenza dapat bekerja untuk mengurangi R0 (tingkat penyebaran virus) hingga di bawah 1 (pada titik mana virus mulai mati). Tetapi dokter mengatakan Covid-19 jauh lebih menular, sehingga vaksin dengan efek parsial akan lebih sulit untuk menjatuhkan R0 di bawah 1.
Dena Grayson, seorang peneliti medis Amerika dan seorang ahli pandemi virus, mengatakan umur panjang kekebalan tidak diketahui. “Kebanyakan ahli, termasuk saya, percaya bahwa sangat mungkin orang dengan antibodi penetralisasi yang cukup tinggi terhadap coronavirus akan kebal terhadap infeksi ulang. Tetapi ini perlu dikonfirmasi pada pasien Covid-19 yang pulih. Tidak ada yang tahu berapa lama antibodi akan bertahan,” katanya.
Coull juga membantah gagasan bahwa kekebalan kawanan, ketika sebagian besar populasi mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap virus, adalah solusi yang bisa diterapkan untuk menahan penyebaran Covid-19. Dia mengatakan konsep seperti itu langka di alam.
Pengumuman WHO itu dikeluarkan karena beberapa negara telah mempertimbangkan untuk mengizinkan orang-orang yang telah pulih untuk bepergian atau kembali bekerja.
Robert Coull, seorang dokter umum di Strachur Medical Practice di Skotlandia, seperti dilansir Al Arabiya mengaku sangat prihatin bahwa beberapa negara sedang mempertimbangkan paspor imunitas.
"Kami telah melihat virus Corona sebelumnya. Salah satunya menyebabkan flu biasa dan lainnya menyebabkan infeksi pada hewan. Mereka diketahui sulit bagi sistem kekebalan untuk mengembangkan kekebalan jangka panjang. Misalnya, kekebalan terhadap flu biasa berlangsung beberapa minggu hingga berbulan-bulan," ucap Coul.
"Banyak ahli, termasuk saya sendiri, telah mengatakan di depan umum selama berbulan-bulan bahwa kita perlu berhati-hati dalam mendasarkan strategi kita pada kekebalan, karena kita tidak tahu apakah memiliki Covid-19 akan membuat kita kebal dan jika demikian, untuk berapa lama," sambungnya.
Dia mengatakan, juga tidak mungkin untuk mengetahui seperti apa paparan selanjutnya. "Ini mungkin penyakit yang lebih ringan karena ingatan parsial, atau mungkin sebenarnya lebih buruk karena sistem kekebalan bereaksi berlebihan pada waktu berikutnya," katanya.
Coull mengatakan bahwa influenza menawarkan studi kasus komparatif yang menarik. Influenza memiliki vaksin yang hanya 50 persen efektif, tetapi influenza jauh lebih tidak menular daripada Covid-19.
Vaksin yang efektif sebagian pada influenza dapat bekerja untuk mengurangi R0 (tingkat penyebaran virus) hingga di bawah 1 (pada titik mana virus mulai mati). Tetapi dokter mengatakan Covid-19 jauh lebih menular, sehingga vaksin dengan efek parsial akan lebih sulit untuk menjatuhkan R0 di bawah 1.
Dena Grayson, seorang peneliti medis Amerika dan seorang ahli pandemi virus, mengatakan umur panjang kekebalan tidak diketahui. “Kebanyakan ahli, termasuk saya, percaya bahwa sangat mungkin orang dengan antibodi penetralisasi yang cukup tinggi terhadap coronavirus akan kebal terhadap infeksi ulang. Tetapi ini perlu dikonfirmasi pada pasien Covid-19 yang pulih. Tidak ada yang tahu berapa lama antibodi akan bertahan,” katanya.
Coull juga membantah gagasan bahwa kekebalan kawanan, ketika sebagian besar populasi mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap virus, adalah solusi yang bisa diterapkan untuk menahan penyebaran Covid-19. Dia mengatakan konsep seperti itu langka di alam.