China Sebut NATO Agen Pembuat Kekacauan yang Picu Konfrontasi
loading...
A
A
A
“Kami mendorong NATO untuk melakukan pencarian jati diri, keluar dari kurungan mentalitas Perang Dingin, dan menahan diri untuk tidak bertindak sebagai agen pembuat kekacauan yang memicu konfrontasi blok tersebut,” lanjut Zhang.
Dia juga meminta Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg untuk melihat dunia melalui lensa objektif."Berhenti saling menyerang, dan melakukan hal-hal yang benar-benar kondusif bagi perdamaian dunia," ujarnya.
Menurut Zhang, pihak-pihak yang berkonflik di Ukraina harus berupaya menciptakan kondisi yang mendukung dimulainya kembali perundingan.
"Bukan hambatan buatan manusia yang membuat perdamaian lebih sulit dicapai, apalagi memasok senjata, menyalakan api, dan menuangkan minyak di dalamnya, dan mengambil keuntungan dari krisis yang berkepanjangan," paparnya.
Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa janji NATO adalah tidak akan melakukan ekspansi ke arah timur setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
"Namun Barat menipu Moskow, dengan blok yang dipimpin AS itu menambahkan anggota baru dari negara-negara Eropa Timur dan bekas Uni Soviet pada beberapa kesempatan sejak itu," katanya.
Pada tahun 1999, Republik Ceko, Hongaria, dan Polandia adalah negara-negara bekas blok Soviet pertama yang bergabung dengan NATO. Gelombang ekspansi yang lebih besar terjadi pada tahun 2004 ketika Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Romania, Slovakia dan Slovenia menjadi anggota.
Pada pertemuan puncaknya di Bukares tahun 2008, aliansi tersebut mengatakan bahwa Georgia dan Ukraina akan menjadi anggota di masa depan, sehingga memicu protes keras dari Rusia.
Tahun berikutnya, NATO menambahkan Albania dan Kroasia ke dalam daftar anggotanya, diikuti dengan masuknya Montenegro dan Makedonia Utara masing-masing pada tahun 2017 dan 2020.
Negara terbaru yang bergabung adalah Finlandia, yang ikut serta tahun lalu dengan alasan kekhawatiran keamanan terkait konflik Ukraina.
Dia juga meminta Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg untuk melihat dunia melalui lensa objektif."Berhenti saling menyerang, dan melakukan hal-hal yang benar-benar kondusif bagi perdamaian dunia," ujarnya.
Menurut Zhang, pihak-pihak yang berkonflik di Ukraina harus berupaya menciptakan kondisi yang mendukung dimulainya kembali perundingan.
"Bukan hambatan buatan manusia yang membuat perdamaian lebih sulit dicapai, apalagi memasok senjata, menyalakan api, dan menuangkan minyak di dalamnya, dan mengambil keuntungan dari krisis yang berkepanjangan," paparnya.
Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa janji NATO adalah tidak akan melakukan ekspansi ke arah timur setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
"Namun Barat menipu Moskow, dengan blok yang dipimpin AS itu menambahkan anggota baru dari negara-negara Eropa Timur dan bekas Uni Soviet pada beberapa kesempatan sejak itu," katanya.
Pada tahun 1999, Republik Ceko, Hongaria, dan Polandia adalah negara-negara bekas blok Soviet pertama yang bergabung dengan NATO. Gelombang ekspansi yang lebih besar terjadi pada tahun 2004 ketika Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Romania, Slovakia dan Slovenia menjadi anggota.
Pada pertemuan puncaknya di Bukares tahun 2008, aliansi tersebut mengatakan bahwa Georgia dan Ukraina akan menjadi anggota di masa depan, sehingga memicu protes keras dari Rusia.
Tahun berikutnya, NATO menambahkan Albania dan Kroasia ke dalam daftar anggotanya, diikuti dengan masuknya Montenegro dan Makedonia Utara masing-masing pada tahun 2017 dan 2020.
Negara terbaru yang bergabung adalah Finlandia, yang ikut serta tahun lalu dengan alasan kekhawatiran keamanan terkait konflik Ukraina.