China Sebut NATO Agen Pembuat Kekacauan yang Picu Konfrontasi

Minggu, 25 Februari 2024 - 07:09 WIB
loading...
China Sebut NATO Agen Pembuat Kekacauan yang Picu Konfrontasi
China mengecam NATO sebagai agen pembuat kekacauan yang memicu konfrontasi blok tersebut dengan negara lain. Foto/REUTERS
A A A
NEW YORK - China mengecam NATO dengan menyebutnya sebagai agen pembuat kekacauan yang memicu konfrontasi blok tersebut dengan negara lain.

Kecaman itu disampaikan Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Jumat waktu New York, yang didedikasikan untuk peringatan dua tahun perang Rusia-Ukraina.

Zhang mengatakan NATO harus menghentikan kekerasan dan mulai mendorong perdamaian global.

Menurutnya, perseteruan antara Moskow dan Kyiv, yang pecah menjadi konflik militer terbuka pada 24 Februari 2022, adalah tragedi yang sebenarnya bisa dihindari.



“Situasi yang dihadapi Eropa saat ini terkait erat dengan ekspansi NATO yang berulang kali ke arah timur sejak berakhirnya Perang Dingin,” katanya, seperti diktuip RT, Minggu (25/2/2024).

Rusia selama ini menegaskan bahwa mencegah Ukraina bergabung dengan NATO sebagai salah satu tujuan utama operasi militernya.

Moskow memperingatkan dalam berbagai kesempatan bahwa mereka memandang kemungkinan keanggotaan Kyiv dalam aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu sebagai ancaman besar terhadap keamanannya.

Diplomat China tersebut menggarisbawahi perlunya menghormati masalah keamanan yang sah dari semua negara yang menjadi anggota PBB.

“Keamanan regional tidak dapat dijamin dengan memperkuat atau bahkan memperluas blok militer,” katanya.

“Kami mendorong NATO untuk melakukan pencarian jati diri, keluar dari kurungan mentalitas Perang Dingin, dan menahan diri untuk tidak bertindak sebagai agen pembuat kekacauan yang memicu konfrontasi blok tersebut,” lanjut Zhang.

Dia juga meminta Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg untuk melihat dunia melalui lensa objektif."Berhenti saling menyerang, dan melakukan hal-hal yang benar-benar kondusif bagi perdamaian dunia," ujarnya.

Menurut Zhang, pihak-pihak yang berkonflik di Ukraina harus berupaya menciptakan kondisi yang mendukung dimulainya kembali perundingan.

"Bukan hambatan buatan manusia yang membuat perdamaian lebih sulit dicapai, apalagi memasok senjata, menyalakan api, dan menuangkan minyak di dalamnya, dan mengambil keuntungan dari krisis yang berkepanjangan," paparnya.

Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa janji NATO adalah tidak akan melakukan ekspansi ke arah timur setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

"Namun Barat menipu Moskow, dengan blok yang dipimpin AS itu menambahkan anggota baru dari negara-negara Eropa Timur dan bekas Uni Soviet pada beberapa kesempatan sejak itu," katanya.

Pada tahun 1999, Republik Ceko, Hongaria, dan Polandia adalah negara-negara bekas blok Soviet pertama yang bergabung dengan NATO. Gelombang ekspansi yang lebih besar terjadi pada tahun 2004 ketika Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Romania, Slovakia dan Slovenia menjadi anggota.

Pada pertemuan puncaknya di Bukares tahun 2008, aliansi tersebut mengatakan bahwa Georgia dan Ukraina akan menjadi anggota di masa depan, sehingga memicu protes keras dari Rusia.

Tahun berikutnya, NATO menambahkan Albania dan Kroasia ke dalam daftar anggotanya, diikuti dengan masuknya Montenegro dan Makedonia Utara masing-masing pada tahun 2017 dan 2020.

Negara terbaru yang bergabung adalah Finlandia, yang ikut serta tahun lalu dengan alasan kekhawatiran keamanan terkait konflik Ukraina.

Negara tetangganya, Swedia, juga hampir diterima, dan hanya kurang mendapat persetujuan dari Hongaria untuk menyelesaikan keanggotaannya.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1511 seconds (0.1#10.140)