Equatorial Guinea Gelar Pilpres, Presiden Terlama di Dunia Ini Incar Kemenangan

Minggu, 20 November 2022 - 13:51 WIB
Sentimen ini juga digaungkan oleh aktivis Tutu Alicante.

"Pada hari Minggu orang akan memberikan suara yang diharapkan pemerintah, karena Anda tidak dapat dengan bebas mengutarakan pikiran Anda di Guinea Khatulistiwa," ujarnya.

"Oposisi tidak memiliki peluang," lanjut Alicante. "Dia akan melakukan apa pun untuk tidak meninggalkan kekuasaan," ujarnya.

Oposisi politik nyaris tidak ditoleransi dan sangat terhambat oleh kurangnya kebebasan pers, karena semua media penyiaran dimiliki langsung oleh pemerintah atau dikendalikan oleh sekutunya.

Diperkirakan bahwa Obiang, yang sebelumnya menyangkal pelanggaran hak asasi manusia dan kecurangan pemilu, berusaha untuk membersihkan reputasi internasionalnya. Pada bulan September, pemerintah menghapuskan hukuman mati, sebuah langkah yang dipuji oleh PBB.

Obiang, yang selamat dari beberapa upaya kudeta, merebut kekuasaan negara Afrika Barat yang kaya minyak itu pada 1979 setelah militer mengambil alih. Setelah mendapatkan jabatan dari pendahulunya dan pamannya, Francisco Macias Nguema, dia melakukan beberapa reformasi, tetapi mempertahankan kendali mutlak Nguema atas negara.



Nguema, yang pemerintahannya menyaksikan ribuan kematian dan eksodus massal dari Guinea Khatulistiwa, kemudian dieksekusi.

"Obiang berhasil mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan karena mengendalikan aturan permainan politik," terang Profesor Sa, menambahkan bahwa dia menggunakan kemiskinan bangsa sebagai senjata politik.

"(Sementara itu) undang-undang pemilu disusun untuk memastikan Obiang tidak akan pernah kehilangan kekuasaan," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More