Profil Chiang Kai-shek, Pendiri Pemerintahan Demokratis Taiwan

Jum'at, 19 Agustus 2022 - 07:35 WIB
Pendiri Taiwan Chiang Kai-shek. Foto/history.com
TAIPEI - Sejarah berdirinya Taiwan tak lepas dari sosok sang presiden pertama dan juga pendiri, Chiang Kai-shek.

Melansir Britannica, Chiang adalah pria kelahiran Provinsi Zhejiang, China, 31 Oktober 1887. Ia merupakan tentara dan Kepala Pemerintahan Nasionalis China tahun 1928 hingga 1949.

Setelah itu, Chiang menjadi Kepala Pemerintahan Nasionalis China di pengasingannya di Taiwan dan membentuk pemerintahan yang terpisah dari daratan China yang komunis.

Chiang Kai-shek memiliki keluarga dari kalangan menengah. Orangtuanya merupakan petani makmur di Zhejiang.





Terkait karier Chiang dalam militer, rupanya Chiang sudah lama memiliki ketertarikan di dunia militer dan berkeinginan menimba ilmu di akademi militer.

Hingga akhirnya, dia berhasil masuk di Akademi Militer Baoding, China Utara pada tahun 1906. Setahun setelahnya, Chiang pindah ke Jepang untuk melanjutkan sekolah militernya sampai tahun 1911.

Ketika berada di Tokyo, Jepang, ia banyak bertemu teman-teman sesama prajurit yang memiliki rencana sama, yakni untuk menyingkirkan China dari Dinasti Qing (Manchu).

Pergaulannya itu mengubah Chiang menjadi sosok republikanisme yang sangat revolusioner. Usai mendengar pecahnya Revolusi China di tahun 1911, Chiang kembali ke negaranya dan membantu pertempuran melawan Manchu.

Menurut Britannica, Chiang kembali berjuang dalam aksi revolusioner lainnya di tahun 1913 sampai 1916, dalam rangka melakukan perlawanan terhadap Yuan Shikai, sang presiden baru sekaligus calon kaisar China.

Pada tahun 1918, Ciang Kai-shek bergabung dengan Partai Nasionalis atau yang lebih dikenal dengan Kuomintang, milik Sun Yat-sen.

Dengan dukungan yang kuat dari Sun, Chiang langsung mendirikan akademi militer di wilayah Whampoa pada tahun 1924 dan mulai membangun tentara nasionalis, berdasarkan pengamatan yang ia lakukan ketika melakukan kunjungan ke Uni Soviet.

Setelah Sun meninggal dunia di tahun 1925, unsur-unsur yang ada di dalam KMT (Kuomintang) mulai sedikit demi sedikit berbenturan.

Chiang lalu sukses memimpin kampanye militer China dan melawan panglima perang Negeri Tirai Bambu itu.

Sekitar tahun 1928, Chiang Kai-shek mendirikan pusat pemerintahan baru di Nanking dan menjadikan dirinya sendiri sebagai Presiden Republik China.

Saat menjadi presiden, Chiang berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan pemerintahan dan melembagakan program reformasi yang sederhana.

Termasuk di dalamnya, reformasi pendidikan dan keuangan. Ia juga turut andil dalam kebangkitan konfusianisme.

Sejarah mencatat, Jepang melakukan invasi ke China di tahun 1937 hingga 1945 dan memicu terjadinya perang China-Jepang.

Setahun setelah Jepang hengkang dari China, perang saudara meletus di China antara Kuomintang dan pasukan komunis.

Hasilnya, perang dimenangkan oleh pihak komunis di bawah komando Mao Zedong. Kemenangan itu membuat Mao mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat China.

Lantas, apa yang terjadi dengan Chiang? Ia melarikan diri ke Taiwan, mendirikan kembali pemerintahan Republik China dan mengangkat dirinya sebagai presiden pada 1950.

Ia mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat (AS) untuk memodernisasi Taiwan, terutama di jalur ekonomi. Di tahun 1955, AS menandatangani perjanjian yang menjamin pertahanan Taiwan.

Chiang Kai-shek hadir sebagai sosok yang menjadi idola banyak orang. Ia terkenal dengan perkataannya, “Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi.”

Di usia 87 tahun, tepatnya pada 5 April 1975, Chiang Kai-shek meninggal dunia. Pertikaian antara China dan Taiwan pun masih berlanjut hingga saat ini.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More