Panglima Militer Myanmar Lontarkan Retorika Kudeta terhadap Suu Kyi
Jum'at, 29 Januari 2021 - 07:46 WIB
NLD juga kemudian mendorong perubahan pada konstitusi di masa jabatan pertama mereka, sebuah proses yang hanya menghasilkan sedikit kemajuan.
Analis politik Soe Myint Aung mengatakan tentara melihat "celah besar (dalam konstitusi) yang menyebabkan kerugiannya".
“Retorika kudeta bukan sekadar gertakan atau ancaman kosong,” katanya.
"Bahkan jika itu tidak mengatur pengambilalihan kekuasaan 'sepenuhnya', kemungkinan militer akan mengambil beberapa tindakan kecuali (komisi Pemilu) dan pemerintah memperbaiki keluhan terkait Pemilu," ujarnya.
Suu Kyi tidak memberikan komentar langsung tentang keluhan pemungutan suara yang disampaikan militer.
Terakhir kali negara itu dicabut konstitusinya adalah pada tahun 1962 dan 1988—keduanya ketika militer merebut kekuasaan dan memulihkan pemerintahan junta.
Analis politik Soe Myint Aung mengatakan tentara melihat "celah besar (dalam konstitusi) yang menyebabkan kerugiannya".
“Retorika kudeta bukan sekadar gertakan atau ancaman kosong,” katanya.
"Bahkan jika itu tidak mengatur pengambilalihan kekuasaan 'sepenuhnya', kemungkinan militer akan mengambil beberapa tindakan kecuali (komisi Pemilu) dan pemerintah memperbaiki keluhan terkait Pemilu," ujarnya.
Suu Kyi tidak memberikan komentar langsung tentang keluhan pemungutan suara yang disampaikan militer.
Terakhir kali negara itu dicabut konstitusinya adalah pada tahun 1962 dan 1988—keduanya ketika militer merebut kekuasaan dan memulihkan pemerintahan junta.
(min)
tulis komentar anda