Cerita Munculnya Jenderal Armagedon Rusia, dari Era Soviet hingga Perang Ukraina
loading...
A
A
A
Upaya itu berhasil, tidak hanya menstabilkan pasukan otokrat Presiden Suriah Bashar al-Assad tetapi juga memperluas pangkalan militer Rusia di pelabuhan Tartus.
Namun selama dua perjalanannya di sana, Surovikin mendapatkan reputasi karena taktik tanpa ampun, termasuk pengawasan terhadap pemboman Ghouta dan Aleppo, yang keduanya sebagian besar dikendalikan pemberontak pada saat itu.
Perintahnya juga bertepatan dengan penggunaan berulang senjata kimia, seperti bom klorin, oleh pasukan Suriah terhadap sasaran sipil.
“Waktu Surovikin dalam memimpin kampanye Rusia di Suriah adalah waktu yang sangat penting, di mana Rusia akhirnya dapat dengan tegas mengubah arah konflik demi Assad,” ujar Lister kepada RFE/RL.
"Perintah Surovikin adalah klinis, brutal, dan yang terpenting, dihitung dengan ganas," tutur dia.
“Dia juga menggandakan taktik,” ungkap Lister, bekerja dengan proksi Iran di Suriah, terutama dengan Pasukan Quds, unit elit Korps Garda Revolusi Islam Iran, dan Hizbullah, milisi terkait Iran yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Meskipun sebagian besar terselubung dan sedikit yang diakui, koordinasi langsung dengan Pasukan Quds tidak diragukan lagi berkontribusi pada hubungan strategis yang sekarang dilihat dunia antara Iran dan Rusia,” papar dia.
Dalam laporan tahun 2020 mengenai serangan militer terhadap warga sipil Suriah, Human Rights Watch menyebut Surovikin sebagai salah satu dari beberapa komandan Rusia yang “tahu atau seharusnya tahu tentang pelanggaran tersebut dan tidak mengambil langkah efektif untuk menghentikan mereka atau menghukum mereka yang bertanggung jawab langsung.”
Intervensi Rusia di Suriah juga ditandai dengan meningkatnya keterlibatan perusahaan tentara bayaran swasta, khususnya Vagner, yang pemiliknya adalah Yevgeny Prigozhin, pengusaha Sankt Peterburg yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin.
Pada Februari 2018, sekelompok tentara bayaran Vagner dan sekutu Suriah menyerang pangkalan di mana pasukan Kurdi dan penasihat AS ditempatkan.
Namun selama dua perjalanannya di sana, Surovikin mendapatkan reputasi karena taktik tanpa ampun, termasuk pengawasan terhadap pemboman Ghouta dan Aleppo, yang keduanya sebagian besar dikendalikan pemberontak pada saat itu.
Perintahnya juga bertepatan dengan penggunaan berulang senjata kimia, seperti bom klorin, oleh pasukan Suriah terhadap sasaran sipil.
“Waktu Surovikin dalam memimpin kampanye Rusia di Suriah adalah waktu yang sangat penting, di mana Rusia akhirnya dapat dengan tegas mengubah arah konflik demi Assad,” ujar Lister kepada RFE/RL.
"Perintah Surovikin adalah klinis, brutal, dan yang terpenting, dihitung dengan ganas," tutur dia.
“Dia juga menggandakan taktik,” ungkap Lister, bekerja dengan proksi Iran di Suriah, terutama dengan Pasukan Quds, unit elit Korps Garda Revolusi Islam Iran, dan Hizbullah, milisi terkait Iran yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Meskipun sebagian besar terselubung dan sedikit yang diakui, koordinasi langsung dengan Pasukan Quds tidak diragukan lagi berkontribusi pada hubungan strategis yang sekarang dilihat dunia antara Iran dan Rusia,” papar dia.
Dalam laporan tahun 2020 mengenai serangan militer terhadap warga sipil Suriah, Human Rights Watch menyebut Surovikin sebagai salah satu dari beberapa komandan Rusia yang “tahu atau seharusnya tahu tentang pelanggaran tersebut dan tidak mengambil langkah efektif untuk menghentikan mereka atau menghukum mereka yang bertanggung jawab langsung.”
Intervensi Rusia di Suriah juga ditandai dengan meningkatnya keterlibatan perusahaan tentara bayaran swasta, khususnya Vagner, yang pemiliknya adalah Yevgeny Prigozhin, pengusaha Sankt Peterburg yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin.
Pada Februari 2018, sekelompok tentara bayaran Vagner dan sekutu Suriah menyerang pangkalan di mana pasukan Kurdi dan penasihat AS ditempatkan.