Terancam Dideportasi, Ratu Kecantikan Myanmar 'Kabur' ke Kanada

Kamis, 29 September 2022 - 05:23 WIB
loading...
Terancam Dideportasi, Ratu Kecantikan Myanmar Kabur ke Kanada
Ratu Kecantikan Myanmar, Han Lay, terbang ke Kanada setelah terancam dideportasi dari Thailand ke negara asalnya. Foto/CNN
A A A
BANGKOK - Ratu kecantikan dari Myanmar yang berlindung di Thailand setelah mengkritik junta militer yang berkuasa telah meninggalkan Bangkok menuju Kanada di mana dia diperkirakan akan mencari suaka. Hal itu diungkapkan pejabat imigrasi Thailand kepada CNN.

Han Lay (23) menarik perhatian internasional dengan pidato emosionalnya selama final Miss Grand Internastional pada 2021 ketika ia mengangkat spanduk dengan kata-kata "Pray for Myanmar" guna meningkatkan kesadaran akan kekejaman hak asasi manusia yang dilakukan oleh pejabat junta.

Dia menerima ancaman pembunuhan setelah pidato dan memutuskan untuk tidak pulang setelah kompetisi yang diadakan di Thailand itu.

Namun, dia tampaknya menghadapi ancaman deportasi setelah kembali ke Thailand pada Rabu lalu setelah melakukan perjalanan ke Vietnam. Dia dihentikan oleh pejabat di Bandara Internasional Suvarnabhumi Bangkok yang mengatakan mereka telah menemukan masalah dengan paspornya dan sejak itu dia dalam keadaan yang tidak pasti.



Wakil Kepala Biro Imigrasi Thailand, Archayon Kraithong, mengatakan kepada CNN bahwa Han Lay telah meninggalkan Bangkok pada Selasa malam.

"Tujuan akhirnya adalah Kanada," katanya tanpa memberikan rincian lebih lanjut seperti dikutip dari media yang berbasis di AS itu, Kamis (29/9/2022).

Han Lay sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa dia mencari suaka politik di Kanada meskipun ingin tetap di Thailand.

“Han Lay adalah korban dari tindakan politik yang disengaja oleh junta untuk membuatnya tidak memiliki kewarganegaraan ketika dia terbang kembali ke Thailand dari Vietnam minggu lalu,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia Human Rights Watch



Ia menambahkan bahwa itu "bukan pertama kalinya" pejabat junta memiliki paspor Burma yang "dipersenjatai".

"Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi adalah jebakan untuk mencoba memaksa Han Lay kembali ke Myanmar, di mana dia akan segera ditangkap, kemungkinan dianiaya dalam penahanan, dan dipenjara," tambah Robertson.

Situasi di Myanmar terus memburuk setelah kudeta militer 2021. Kelompok hak asasi mengatakan pelanggaran hak asasi manusia tetap marak dan eksekusi negara telah kembali ketika konflik berkecamuk di seluruh negeri.

Jutaan orang terus melawan junta penguasa yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing, yang telah membunuh ratusan pengunjuk rasa pro-demokrasi dan mengurung pemimpin negara yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2021 seconds (0.1#10.140)