Mengapa Kolonialisme Sampah Jadi Bumerang? Thailand Sudah Melawan!

Selasa, 14 Januari 2025 - 15:15 WIB
loading...
Mengapa Kolonialisme...
Kolonialisme sampah menjadi bumerang dan hanya sedikit negara yang mampu melawan. Foto/X/@andrealanis
A A A
LONDON - Thailand telah menjadi negara terbaru yang menangani krisis sampah plastik global dengan melarang impor sampah plastik.

Selama bertahun-tahun, negara tersebut telah menjadi tujuan utama sampah plastik dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Mengapa Kolonialisme Sampah Jadi Bumerang? Thailand Sudah Melawan!

1. Thailand Melarang Impor Limbah Plastik

Melansir Al Jazeera, pada 1 Januari 2025, Thailand telah berhenti mengimpor limbah plastik dalam upaya untuk mengekang polusi beracun di negara tersebut.

Sejak 2018, Thailand telah menjadi importir utama limbah plastik dari negara-negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang.

Antara 2018 dan 2021, negara tersebut mengimpor lebih dari 1,1 juta ton sampah plastik, menurut pejabat Thailand. Pada tahun 2023, Jepang sendiri mengekspor sekitar 50 juta kilogram (50.000 ton) sampah plastik ke Thailand.

Impor ini sering kali ditangani dengan buruk, dengan banyak pabrik membakar sampah alih-alih mendaur ulangnya.

Larangan baru, yang diperkenalkan oleh Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, disetujui oleh kabinet negara tersebut pada bulan Desember 2024. Namun, para pegiat lingkungan telah mendorong hal ini selama bertahun-tahun. Pada tahun 2019, aktivis dari Thailand dan Greenpeace mengadakan demonstrasi untuk larangan sampah elektronik dan plastik selama KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-34 yang diadakan di Bangkok.

2. Negara Barat Mengekspor Sampah

Ini ekonomi yang dingin.

Negara-negara Barat sering mengekspor sampah — termasuk plastik — ke negara-negara seperti Thailand karena lebih murah dan lebih mudah daripada mengelola sampah di dalam negeri.

Negara-negara di belahan bumi selatan, termasuk Thailand, biasanya memiliki biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan nilai tukar yang lebih lemah, sehingga dapat memproses dan mendaur ulang sampah dengan biaya yang lebih rendah daripada yang mungkin dilakukan di negara-negara Barat. Bagi negara kaya, harga daur ulang turun — sementara negara itu masih dapat mengklaim telah memenuhi target daur ulangnya, dan memproyeksikan dirinya berkomitmen pada lingkungan yang bersih dan hijau.

Ekonomi lebih lanjut menjelaskan mengapa praktik ini juga umum di negara-negara kaya tetapi tidak setara — seperti AS, di mana dinamika seperti itu juga terus berlanjut di dalam negeri.

Selama bertahun-tahun, negara-negara bagian timur laut di AS telah mengirimkan sampah mereka ke negara-negara bagian selatan, di mana peraturan lingkungan yang lebih lemah dan kesenjangan ekonomi dalam hal upah dan nilai tanah yang lebih rendah membuat pengelolaan tempat pembuangan sampah menjadi lebih murah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0799 seconds (0.1#10.173)