Inggris Tak akan Akui Rezim Taliban tapi Tetap Bekerja Sama
loading...
A
A
A
LONDON - Inggris tidak akan mengakui Taliban sebagai pemerintahan baru di Kabul, tetapi harus menghadapi kenyataan baru di Afghanistan dan tidak ingin melihat tatanan sosial serta ekonominya rusak.
Sikap itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab pada Jumat (3/9).
Berbicara selama kunjungan ke Pakistan, Raab mengatakan tidak mungkin mengevakuasi sekitar 15.000 orang dari Kabul tanpa kerja sama dengan Taliban, yang merebut ibu kota pada 15 Agustus.
“Pendekatan yang kami ambil adalah kami tidak mengakui Taliban sebagai pemerintah,” ujar dia, seraya menambahkan Inggris biasanya mengakui negara daripada pemerintah.
“Kami melihat pentingnya untuk dapat terlibat dan memiliki jalur komunikasi langsung,” papar dia.
Komentar Raab mencerminkan sikap negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang berusaha menyerang setelah kemenangan kilat Taliban dan runtuhnya pemerintah yang didukung Barat di Kabul.
Negara-negara Barat khawatir krisis kemanusiaan yang membayangi Afghanistan dan keruntuhan ekonominya dapat menciptakan ratusan ribu pengungsi ke negara lain.
Sikap itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab pada Jumat (3/9).
Berbicara selama kunjungan ke Pakistan, Raab mengatakan tidak mungkin mengevakuasi sekitar 15.000 orang dari Kabul tanpa kerja sama dengan Taliban, yang merebut ibu kota pada 15 Agustus.
“Pendekatan yang kami ambil adalah kami tidak mengakui Taliban sebagai pemerintah,” ujar dia, seraya menambahkan Inggris biasanya mengakui negara daripada pemerintah.
“Kami melihat pentingnya untuk dapat terlibat dan memiliki jalur komunikasi langsung,” papar dia.
Komentar Raab mencerminkan sikap negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang berusaha menyerang setelah kemenangan kilat Taliban dan runtuhnya pemerintah yang didukung Barat di Kabul.
Negara-negara Barat khawatir krisis kemanusiaan yang membayangi Afghanistan dan keruntuhan ekonominya dapat menciptakan ratusan ribu pengungsi ke negara lain.