Venezuela Jerat Dua Rambo AS dengan Dakwaan Terorisme dan Konspirasi
loading...
A
A
A
CARACAS - Venezuela mendahwa dua mantan tentara Amerika Serikat (AS) melakukan terorisme dan konspirasi karena diduga ikut ambil bagian dalam upaya menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang gagal.
Luke Alexander Denman (34) dan Airan Berry (41) adalah dua di antara 17 orang yang ditangkap oleh militer Venezuela, yang mengatakan mereka telah menggagalkan upaya percobaan pembunuhan oleh tentara bayaran pada Minggu dini hari. Delapan penyerang dilaporkan tewas dalam insiden itu.
"Mereka didakwa terorisme, konspirasi, perdagangan gelap senjata perang dan asosiasi (kriminal), dan bisa menghadapi hukuman 25-30 tahun penjara," kata Jaksa Agung Venezuela, Tarek William Saab, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (9/5/2020).
Saab mengatakan Venezuela telah meminta surat perintah penangkapan internasional untuk menangkap mantan petugas medis Angkatan Darat AS Jordan Goudreau, yang diduga mengorganisasi dan melatih pasukan tentara bayaran tersebut.
Saab juga mengatakan bahwa warga Venezuela yang terlibat akan diadili karena melakukan konspirasi dengan pemerintah asing.
Saab juga mengatakan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido berada di belakang misi itu. Guaido selama ini didukung oleh AS dan lebih dari 50 negara untuk menentang otoritas Maduro.
Saab menuduh Guaido menandatangani kontrak USD212 juta dengan "tentara bayaran sewaan" menggunakan dana yang disita AS dari perusahaan minyak negara, PDVSA.
Pada hari Jumat, Jaksa Agung mengatakan surat perintah penangkapan juga telah dikeluarkan untuk warga Venezuela yang berbasis di AS, Juan Jose Rendon dan Sergio Vergara.
Rendon adalah penasihat Guaido yang dalam sebuah wawancara dengan CNN mengakui bahwa ia telah menandatangani kontrak dengan Silvercorp USA, sebuah perusahaan keamanan swasta yang didirikan oleh Goudreau. ( )
Veteran Irak dan Afghanistan itu mengakui keberadaan operasi dalam sebuah video dan mengklaim Silvercorp dikontrak oleh oposisi Venezuela.
Dalam video itu, Goudreau menunjukkan apa yang dia klaim sebagai kontrak yang ditandatangani oleh Guaido, yang dibantah oleh tim persnya.
Dia juga mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia mempekerjakan Denman dan Berry sebagai "pengawas" dan sudah mengenal mereka selama bertahun-tahun.
Rendon mengatakan kepada CNN bahwa kontrak itu "eksplorasi" dan tidak ada lampu hijau yang diberikan untuk operasi di Venezuela. Dia juga menyangkal Guaido terlibat.
Terlepas dari tuduhan rezim Venezuela terhadap Guaido, dia belum dituntut dengan apa pun.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Presiden AS Donald Trump berada di balik dugaan invasi tersebut. Namun Trump menampik tuduhan itu.
"Jika saya ingin pergi ke Venezuela, saya tidak akan merahasiakannya," kata Trump kepada Fox News.
"Aku akan masuk dan mereka tidak akan melakukan apa-apa. Mereka akan berguling. Aku tidak akan mengirim sekelompok kecil. Tidak, tidak, tidak. Itu akan disebut tentara," ujarnya.
"Itu akan disebut invasi," tegasnya. (Baca: Trump Bantah Suruh 'Rambo' AS Culik Maduro: 'Itu Akan Jadi Invasi' )
Venezuela mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menangkap dua mantan tentara pasukan khusus AS dan pada hari Rabu Maduro, yang menunjukkan paspor pasangan tersebut di televisi pemerintah, mengatakan mereka akan diadili.
Tentara AS telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah mantan anggota Baret Hijau yang dikerahkan ke Irak.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan pemerintah AS akan menggunakan setiap alat dimilikinya untuk mencoba memulangkan kembali keduanya. (Baca: Pompeo Sesumbar Bakal Bebaskan Warga AS yang Ditangkap Venezuela )
Luke Alexander Denman (34) dan Airan Berry (41) adalah dua di antara 17 orang yang ditangkap oleh militer Venezuela, yang mengatakan mereka telah menggagalkan upaya percobaan pembunuhan oleh tentara bayaran pada Minggu dini hari. Delapan penyerang dilaporkan tewas dalam insiden itu.
"Mereka didakwa terorisme, konspirasi, perdagangan gelap senjata perang dan asosiasi (kriminal), dan bisa menghadapi hukuman 25-30 tahun penjara," kata Jaksa Agung Venezuela, Tarek William Saab, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (9/5/2020).
Saab mengatakan Venezuela telah meminta surat perintah penangkapan internasional untuk menangkap mantan petugas medis Angkatan Darat AS Jordan Goudreau, yang diduga mengorganisasi dan melatih pasukan tentara bayaran tersebut.
Saab juga mengatakan bahwa warga Venezuela yang terlibat akan diadili karena melakukan konspirasi dengan pemerintah asing.
Saab juga mengatakan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido berada di belakang misi itu. Guaido selama ini didukung oleh AS dan lebih dari 50 negara untuk menentang otoritas Maduro.
Saab menuduh Guaido menandatangani kontrak USD212 juta dengan "tentara bayaran sewaan" menggunakan dana yang disita AS dari perusahaan minyak negara, PDVSA.
Pada hari Jumat, Jaksa Agung mengatakan surat perintah penangkapan juga telah dikeluarkan untuk warga Venezuela yang berbasis di AS, Juan Jose Rendon dan Sergio Vergara.
Rendon adalah penasihat Guaido yang dalam sebuah wawancara dengan CNN mengakui bahwa ia telah menandatangani kontrak dengan Silvercorp USA, sebuah perusahaan keamanan swasta yang didirikan oleh Goudreau. ( )
Veteran Irak dan Afghanistan itu mengakui keberadaan operasi dalam sebuah video dan mengklaim Silvercorp dikontrak oleh oposisi Venezuela.
Dalam video itu, Goudreau menunjukkan apa yang dia klaim sebagai kontrak yang ditandatangani oleh Guaido, yang dibantah oleh tim persnya.
Dia juga mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia mempekerjakan Denman dan Berry sebagai "pengawas" dan sudah mengenal mereka selama bertahun-tahun.
Rendon mengatakan kepada CNN bahwa kontrak itu "eksplorasi" dan tidak ada lampu hijau yang diberikan untuk operasi di Venezuela. Dia juga menyangkal Guaido terlibat.
Terlepas dari tuduhan rezim Venezuela terhadap Guaido, dia belum dituntut dengan apa pun.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Presiden AS Donald Trump berada di balik dugaan invasi tersebut. Namun Trump menampik tuduhan itu.
"Jika saya ingin pergi ke Venezuela, saya tidak akan merahasiakannya," kata Trump kepada Fox News.
"Aku akan masuk dan mereka tidak akan melakukan apa-apa. Mereka akan berguling. Aku tidak akan mengirim sekelompok kecil. Tidak, tidak, tidak. Itu akan disebut tentara," ujarnya.
"Itu akan disebut invasi," tegasnya. (Baca: Trump Bantah Suruh 'Rambo' AS Culik Maduro: 'Itu Akan Jadi Invasi' )
Venezuela mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menangkap dua mantan tentara pasukan khusus AS dan pada hari Rabu Maduro, yang menunjukkan paspor pasangan tersebut di televisi pemerintah, mengatakan mereka akan diadili.
Tentara AS telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah mantan anggota Baret Hijau yang dikerahkan ke Irak.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan pemerintah AS akan menggunakan setiap alat dimilikinya untuk mencoba memulangkan kembali keduanya. (Baca: Pompeo Sesumbar Bakal Bebaskan Warga AS yang Ditangkap Venezuela )
(ber)