Eks Jenderal AS Desak Presiden Biden Digulingkan untuk Cegah Perang Dunia III
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Letnan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang sudah pensiun, Michael Flynn, telah mendesak penggulingan dini Presiden Joe Biden.
Menurutnya, itu perlu dilakukan untuk mencegah Biden "berjalan sambil tidur" menuju Perang Dunia III setelah dia dilaporkan mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh ATACMS.
Flynn mengatakan penggulingan dini Biden bisa dilakukan dengan cara Wakil Presiden Kamala Harris mengajukan Amandemen ke-25 Konstitusi Amerika.
Meskipun Washington tidak mengonfirmasi atau membantah laporan media-media AS yang bersumber secara anonim terkait otoritasi Biden tersebut, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa Kyiv telah menggunakan rudal yang dipasok AS untuk menargetkan wilayah Bryansk di Rusia.
Selain itu, Biden tiba-tiba memutuskan untuk memasok ranjau darat antipersonel ke Ukraina, melanggar janjinya pada tahun 2022 untuk membatasi penggunaannya.
“Dewan Perwakilan Rakyat saat ini harus memakzulkan Biden karena membahayakan Amerika Serikat,” kata Flynn dalam sebuah posting di X, dengan alasan bahwa mantan bosnya, Donald Trump, dimakzulkan karena hal yang jauh lebih ringan.
“Harris harus segera menggunakan Amandemen ke-25 dan menyingkirkan Biden—dia menyeret kita ke dalam Perang Dunia III. Mari kita setidaknya memberikan tekanan konstitusional pada Harris karena ingatan Joe yang buruk membuatnya tidak bertanggung jawab," lanjut pensiunan jenderal Amerika tersebut, seperti dikutip dari akun X-nya, @GenFlynn, Kamis (21/11/2024)..
Sementara itu, para sekutu dan calon yang ditunjuk Presiden terpilih Donald Trump, seperti mantan Anggota Kongres Florida Matt Gaetz, yang ditunjuk menjadi Jaksa Agung AS, tidak boleh tinggal diam.
"Dan mengungkapkan identitas operator negara yang mengendalikan kepresidenan, [yang] mendesak Biden untuk bertindak gegabah,” kata Flynn.
“Pejabat AS yang baru harus menghubungi [Presiden Rusia Vladimir] Putin untuk meredakan situasi,” imbuh dia, sambil membandingkan percakapannya sendiri dengan mantan duta besar Rusia, yang menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam konspirasi "Russiagate".
Menurutnya, itu perlu dilakukan untuk mencegah Biden "berjalan sambil tidur" menuju Perang Dunia III setelah dia dilaporkan mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh ATACMS.
Flynn mengatakan penggulingan dini Biden bisa dilakukan dengan cara Wakil Presiden Kamala Harris mengajukan Amandemen ke-25 Konstitusi Amerika.
Meskipun Washington tidak mengonfirmasi atau membantah laporan media-media AS yang bersumber secara anonim terkait otoritasi Biden tersebut, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa Kyiv telah menggunakan rudal yang dipasok AS untuk menargetkan wilayah Bryansk di Rusia.
Selain itu, Biden tiba-tiba memutuskan untuk memasok ranjau darat antipersonel ke Ukraina, melanggar janjinya pada tahun 2022 untuk membatasi penggunaannya.
“Dewan Perwakilan Rakyat saat ini harus memakzulkan Biden karena membahayakan Amerika Serikat,” kata Flynn dalam sebuah posting di X, dengan alasan bahwa mantan bosnya, Donald Trump, dimakzulkan karena hal yang jauh lebih ringan.
“Harris harus segera menggunakan Amandemen ke-25 dan menyingkirkan Biden—dia menyeret kita ke dalam Perang Dunia III. Mari kita setidaknya memberikan tekanan konstitusional pada Harris karena ingatan Joe yang buruk membuatnya tidak bertanggung jawab," lanjut pensiunan jenderal Amerika tersebut, seperti dikutip dari akun X-nya, @GenFlynn, Kamis (21/11/2024)..
Sementara itu, para sekutu dan calon yang ditunjuk Presiden terpilih Donald Trump, seperti mantan Anggota Kongres Florida Matt Gaetz, yang ditunjuk menjadi Jaksa Agung AS, tidak boleh tinggal diam.
"Dan mengungkapkan identitas operator negara yang mengendalikan kepresidenan, [yang] mendesak Biden untuk bertindak gegabah,” kata Flynn.
“Pejabat AS yang baru harus menghubungi [Presiden Rusia Vladimir] Putin untuk meredakan situasi,” imbuh dia, sambil membandingkan percakapannya sendiri dengan mantan duta besar Rusia, yang menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam konspirasi "Russiagate".