3 Dosa Besar Arthur James Balfour Terhadap Rakyat Palestina, Salah Satunya Dalang di Balik Konflik Timur Tengah

Rabu, 20 November 2024 - 15:30 WIB
loading...
3 Dosa Besar Arthur...
Arthur James Balfour merupakan pemimpin Inggris yang memiliki dosa besar bagi rakyat Palestina. Foto/Britannica
A A A
TEL AVIV - Arthur James Balfour yang merupakan politikus dan mantan Perdana Menteri Inggris adalah salah satu tokoh yang punya dosa besar pada Palestina . Bisa dibilang jika ia adalah sosok yang bertanggung jawab atas konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai.

Arthur James Balfour Perdana Menteri Britania Raya dari tahun 1902 hingga 1905. Pada tahun 1917 silam, dirinya mengeluarkan sebuah deklarasi yang membuat pergolakan besar dalam kehidupan warga Palestina.

Dilansir dari Al Jazeera, deklarasi tersebut mengubah tujuan Zionis untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina menjadi kenyataan ketika Inggris secara terbuka berjanji untuk mendirikan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” di sana.

Dokumen ini dianggap sebagai salah satu dokumen paling kontroversial dan diperebutkan dalam sejarah modern dunia Arab dan telah membingungkan para sejarawan selama beberapa dekade.

3 Dosa Arthur James Balfour Terhadap Rakyat Palestina

1. Mendukung Zionis

Deklarasi Balfour merupakan janji publik Inggris pada tahun 1917 yang menyatakan tujuannya untuk mendirikan “rumah nasional bagi orang Yahudi” di Palestina.

Pernyataan tersebut datang dalam bentuk surat dari menteri luar negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh penting komunitas Yahudi di Inggris.

Perjanjian ini dibuat selama Perang Dunia I (1914-1918) dan termasuk dalam ketentuan Mandat Inggris untuk Palestina setelah bubarnya Kekaisaran Ottoman.

Sistem ini memindahkan kekuasaan dari wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh negara-negara yang kalah dalam perang yaitu Jerman , Austria-Hongaria, Kekaisaran Ottoman, dan Bulgaria kepada negara-negara pemenang.

Tujuan yang dinyatakan dari sistem mandat adalah untuk memungkinkan pemenang perang untuk mengelola negara-negara bagian yang baru muncul hingga mereka dapat merdeka.


2. Mengusir Warga Palestina dari Tanah Mereka

Namun, kasus Palestina adalah kasus yang unik. Tidak seperti mandat pascaperang lainnya, tujuan utama Mandat Inggris di sana adalah untuk menciptakan kondisi bagi pembentukan "rumah nasional" Yahudi.

Pada awal mandat tersebut, Inggris mulai memfasilitasi imigrasi orang-orang Yahudi Eropa ke Palestina. Antara tahun 1922 dan 1935, populasi Yahudi meningkat dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari total populasi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1501 seconds (0.1#10.140)