Trump Bantah Suruh 'Rambo' AS Culik Maduro: 'Itu Akan Jadi Invasi'

Sabtu, 09 Mei 2020 - 03:09 WIB
loading...
Trump Bantah Suruh Rambo...
Presiden Amerika Serikat Donald John Trump. Foto/REUTERS/Leah Millis
A A A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump sekali lagi menyangkal keterlibatannya dalam serangan bersenjata yang gagal terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro . Pihak Caracas mengatakan dari 13 orang yang terlibat dalam upaya penculikan terhadap Maduro, dua di antaranya adalah warga Amerika Serikat (AS).

Presiden sosialis yang mengaku hendak diculik atau bahkan dibunuh itu menyebut dua warga AS sebagai "Rambo" yang diperintahkan oleh Trump.

Presiden AS mengklaim bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang upaya penculikan dan pembunuhan itu. Dia berpendapat bahwa jika dia ingin melakukan sesuatu seperti itu, dia akan melakukannya dengan cara yang berbeda dari komplotan 13 orang yang ditangkap oleh militer Venezuela. (Baca: Venezuela Tangkap 2 'Rambo' AS yang Hendak Bunuh Maduro )

"Saya tidak akan mengirim sekelompok kecil, itu akan disebut tentara. Jika kita pernah melakukan sesuatu tentang Venezuela...itu akan menjadi invasi," kata Trump dalam program televisi Fox & Friends, yang dikutip Sabtu (9/5/2020).

Orang nomor satu Amerika ini melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia tidak akan merahasiakan rencananya untuk menyerang Venezuela jika dia memilih untuk melakukannya. Trump menyebut komplotan yang ditangkap itu sebagai "kelompok penjahat" yang sebagian besar terdiri dari orang non-Amerika.

"Banyak orang Venezuela (dalam kelompok itu), saya pikir orang-orang dari negara lain juga...Saya melihat foto-foto mereka di pantai. Itu tidak dipimpin oleh Jenderal George Washington, jelas," ujar presiden AS tersebut. (Baca juga: Gulingkan Maduro, Oposisi Venezuela Minta Bantuan Perusahaan Keamanan AS )

Pada 3 Mei, militer Venezuela menangkap 13 orang yang terlibat dalam upaya serangan bersenjata di negara itu, dengan dua di antaranya adalah warga negara AS. Salah satu warga Amerika, Luke Denman, kemudian mengakui pada 6 Mei bahwa kelompok itu berencana untuk menculik atau bahkan membunuh Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Dia juga mengaku bekerja untuk sebuah perusahaan militer swasta yang berbasis di AS bernama Silvercorp USA.

Menurut Denman, misinya adalah melatih warga Venezuela di Kolombia untuk mempersiapkan mereka dalam serangan itu. Operasi itu seharusnya melibatkan antara 60 hingga 70 orang. Mereka berencana untuk menculik Maduro, mengamankan Bandara Caracas, dan dari sana membawa presiden sosialis ke luar negeri untuk penuntutan selanjutnya di AS.

Kepala Silvercorp, Jordan Goudreau, kemudian mengungkapkan bahwa perusahaan itu telah dipekerjakan untuk pekerjaan itu oleh pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido, yang didukung oleh AS. Namun, Guaido membantah.

Presiden Maduro percaya bahwa AS dan Presiden Donald Trump adalah dalang sebenarnya di balik penculikan yang gagal tersebut.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh The Washington Post, mengutip anggota oposisi Venezuela, menunjukkan bahwa Guaido berjanji untuk membayar USD213 juta kepada Silvercorp untuk serangan itu. Namun, pada akhirnya Guadio tidak membayar sepeser pun.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1632 seconds (0.1#10.140)