Upaya Trump Damaikan Arab-Israel Tidak Terlalu Berdampak pada Pilpres AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pengumuman normalisasi dua negara Arab dengan Israel tepat berada di fase akhir jelang pemilihan umum (pemilu) Presiden Amerika Serikat (AS). Namun, menurut pakar, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh pada pilpres AS.
Presiden AS, Donald Trump memiliki andil besar dalam kesepakatan normalisasi tersebut, di mana dia menjadi mediator pembicaraan antara Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah langkah itu akan diapresiasi oleh warga AS dan menjadi salah satu pendorong kemenangan Trump dalam pemilu mendatang.
(Baca: Netanyahu: Palestina akan Kembali Berunding Jika Trump Terpilih Lagi )
Daniel Pipes, seorang sejarawan, penulis, dan komentator AS mengatakan, hal ini tidak akan terlalu berdampak. Alasannya, tidak terlalu banyak warga AS yang tertarik dan menghargai berita tersebut.
"Saya benar-benar ragu bahwa langkah ini akan mempengaruhi pemilu di AS. Orang Amerika yang menghargai berita ini tidak banyak dan kemungkinan sudah memilih Trump," ucap Pipes, seperti dilansir Sputnik.
Gabriel Ben-Dor, kepala studi keamanan nasional di Universitas Haifa, di Israel menyampaikan pendapat yang serupa. Dia menuturkan, mereka yang mendukung kesepakatan ini sebagian besar berada di daerah-daerah yang memang menjadi basis Partai Republik AS.
(Baca: Rukun dengan Putin Dikritik, Donald Trump Mengaku Bingung )
"Basis Republik di AS mencakup sejumlah besar orang Kristen Evangelis yang merupakan pendukung kuat Israel dan tidak diragukan lagi mereka yang paling menghargai inisiatif baru-baru ini oleh pemerintahan Trump," ucapnya.
"Trump mencari pencapaian apa pun yang bisa dia lambaikan di depan pemilih di AS. Memiliki semua masalah yang dia alami dengan virus corona dan kerusuhan di kota-kota besar, dia mencari sesuatu yang baik dan spektakuler yang dapat dia hadirkan sebagai kesuksesan," ujarnya.
Presiden AS, Donald Trump memiliki andil besar dalam kesepakatan normalisasi tersebut, di mana dia menjadi mediator pembicaraan antara Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah langkah itu akan diapresiasi oleh warga AS dan menjadi salah satu pendorong kemenangan Trump dalam pemilu mendatang.
(Baca: Netanyahu: Palestina akan Kembali Berunding Jika Trump Terpilih Lagi )
Daniel Pipes, seorang sejarawan, penulis, dan komentator AS mengatakan, hal ini tidak akan terlalu berdampak. Alasannya, tidak terlalu banyak warga AS yang tertarik dan menghargai berita tersebut.
"Saya benar-benar ragu bahwa langkah ini akan mempengaruhi pemilu di AS. Orang Amerika yang menghargai berita ini tidak banyak dan kemungkinan sudah memilih Trump," ucap Pipes, seperti dilansir Sputnik.
Gabriel Ben-Dor, kepala studi keamanan nasional di Universitas Haifa, di Israel menyampaikan pendapat yang serupa. Dia menuturkan, mereka yang mendukung kesepakatan ini sebagian besar berada di daerah-daerah yang memang menjadi basis Partai Republik AS.
(Baca: Rukun dengan Putin Dikritik, Donald Trump Mengaku Bingung )
"Basis Republik di AS mencakup sejumlah besar orang Kristen Evangelis yang merupakan pendukung kuat Israel dan tidak diragukan lagi mereka yang paling menghargai inisiatif baru-baru ini oleh pemerintahan Trump," ucapnya.
"Trump mencari pencapaian apa pun yang bisa dia lambaikan di depan pemilih di AS. Memiliki semua masalah yang dia alami dengan virus corona dan kerusuhan di kota-kota besar, dia mencari sesuatu yang baik dan spektakuler yang dapat dia hadirkan sebagai kesuksesan," ujarnya.
(esn)