Ambisi Global Militer China Dihantui Skandal Korupsi dan Inefisiensi Sistemik
loading...

Ambisi global militer China dihantui skandal korupsi dan inefisiensi sistemik. Foto/FAS
A
A
A
JAKARTA - Peningkatan anggaran pertahanan China sebesar 7,2 persen baru-baru ini, yang melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), melanjutkan tren yang sudah berlangsung lama dalam lintasan strategis negara tersebut.
Sementara narasi resmi membingkai perluasan ini sebagai hal vital bagi keamanan nasional dan modernisasi teknologi, skala dan cakupan pengeluaran ini menunjukkan ambisi yang lebih luas: membangun militer yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar lingkup pengaruh tradisionalnya.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China tidak lagi hanya berfokus pada Taiwan atau keamanan perbatasan, tetapi berkembang menjadi kekuatan dengan kemampuan operasional yang luas, yang menandakan niat China untuk membentuk Indo-Pasifik dan sekitarnya,” ucap Ratish Mehta, peneliti dari Organisation for Research on China and Asia (ORCA), sebagaimana dikutip dari Daily Mirror, Sabtu (22/3/2025).
Namun, di balik angka-angka utama ini terdapat realitas yang lebih kompleks—yang menyeimbangkan ambisi eksternal China dengan kerentanan internal.
Skandal korupsi, intrik politik, dan inefisiensi sistemik dalam PLA menimbulkan pertanyaan kritis tentang apakah modernisasi militer China benar-benar berkelanjutan. Pemecatan besar-besaran di Pasukan Roket dan sektor pengadaan pertahanan mengungkap masalah yang mengakar, yang dapat merusak perluasan militer Beijing, bahkan saat anggarannya bertambah.
Mehta mengatakan bahwa inti dari lonjakan belanja pertahanan China selama beberapa dekade adalah doktrin strategisnya yang terus berkembang, yang memprioritaskan dominasi regional dan kehadiran militer ekstra-regional.
Dorongan Presiden China Xi Jinping untuk membangun "militer kelas dunia" pada 2049, sebut Mehta, bukan sekadar retorika aspiratif, tetapi telah menjadi cetak biru operasional untuk proyeksi militer global China.
Peningkatan anggaran secara langsung mendanai perluasan Angkatan Laut, kemajuan teknologi pertahanan, dan diplomasi militer yang semakin tegas, yang masing-masing memperkuat kemampuan Beijing untuk memberikan pengaruh jauh melampaui Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
Aspek utama dari transformasi ini adalah kemampuan Angkatan Laut PLA yang terus berkembang di perairan biru. Dengan pembangunan kapal induk baru, kapal selam nuklir, dan jaringan pusat logistik luar negeri, China meletakkan dasar bagi operasi militer global yang berkelanjutan.
Sementara narasi resmi membingkai perluasan ini sebagai hal vital bagi keamanan nasional dan modernisasi teknologi, skala dan cakupan pengeluaran ini menunjukkan ambisi yang lebih luas: membangun militer yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar lingkup pengaruh tradisionalnya.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China tidak lagi hanya berfokus pada Taiwan atau keamanan perbatasan, tetapi berkembang menjadi kekuatan dengan kemampuan operasional yang luas, yang menandakan niat China untuk membentuk Indo-Pasifik dan sekitarnya,” ucap Ratish Mehta, peneliti dari Organisation for Research on China and Asia (ORCA), sebagaimana dikutip dari Daily Mirror, Sabtu (22/3/2025).
Namun, di balik angka-angka utama ini terdapat realitas yang lebih kompleks—yang menyeimbangkan ambisi eksternal China dengan kerentanan internal.
Skandal korupsi, intrik politik, dan inefisiensi sistemik dalam PLA menimbulkan pertanyaan kritis tentang apakah modernisasi militer China benar-benar berkelanjutan. Pemecatan besar-besaran di Pasukan Roket dan sektor pengadaan pertahanan mengungkap masalah yang mengakar, yang dapat merusak perluasan militer Beijing, bahkan saat anggarannya bertambah.
Sinyal Ambisi Global
Mehta mengatakan bahwa inti dari lonjakan belanja pertahanan China selama beberapa dekade adalah doktrin strategisnya yang terus berkembang, yang memprioritaskan dominasi regional dan kehadiran militer ekstra-regional.
Dorongan Presiden China Xi Jinping untuk membangun "militer kelas dunia" pada 2049, sebut Mehta, bukan sekadar retorika aspiratif, tetapi telah menjadi cetak biru operasional untuk proyeksi militer global China.
Peningkatan anggaran secara langsung mendanai perluasan Angkatan Laut, kemajuan teknologi pertahanan, dan diplomasi militer yang semakin tegas, yang masing-masing memperkuat kemampuan Beijing untuk memberikan pengaruh jauh melampaui Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
Aspek utama dari transformasi ini adalah kemampuan Angkatan Laut PLA yang terus berkembang di perairan biru. Dengan pembangunan kapal induk baru, kapal selam nuklir, dan jaringan pusat logistik luar negeri, China meletakkan dasar bagi operasi militer global yang berkelanjutan.
Lihat Juga :