Zelensky Respons Tawaran Perdamaian Putin, Dianggapnya Ultimatum
loading...
A
A
A
KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan persyaratan yang digariskan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri konflik merupakan "ultimatum" bagi Kiev dan karenanya tidak dapat diterima.
Berbicara dalam pertemuan dengan pejabat senior Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (14/6/2024), Putin mengatakan Kiev harus menyerahkan semua wilayah dari empat wilayah yang memilih bergabung dengan Rusia dan menjamin tidak akan pernah bergabung dengan NATO sebelum perundingan perdamaian dapat dimulai.
"Apa yang bisa saya katakan? Pesan-pesan ini adalah pesan ultimatum, tidak ada bedanya dengan ultimatum lain yang telah dia buat sebelumnya," ujar Zelensky kepada jaringan TV Sky TG24 saat menghadiri pertemuan G7 di Italia selatan.
"Dia ingin kita menyerahkan sebagian wilayah yang kita duduki, tetapi dia juga menginginkan wilayah yang tidak diduduki. Ia berbicara tentang wilayah-wilayah di negara kita, dan ia tidak akan berhenti," klaim Zelensky.
Karakterisasi Zelensky terhadap tawaran Putin sebagai ultimatum dikesampingkan sebagai "pemahaman yang salah, tentu saja," menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat.
"Ini adalah usulan yang komprehensif, sangat mendalam, dan konstruktif," ujar sekretaris pers Putin kepada Izvestia.
“Jika persyaratannya tampak lebih keras daripada yang diusulkan Moskow pada musim semi 2022, itu karena situasi yang berbeda telah muncul, dengan empat wilayah memilih menjadi bagian dari Rusia,” papar dia.
Penduduk Wilayah Kherson dan Zaporozhye serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk memberikan suara mayoritas pada September 2022 untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia.
Kiev dan pendukung Baratnya telah mengecam pemungutan suara itu sebagai "dicurangi" dan "tipuan," sama seperti mereka menolak mengakui pengembalian Krimea pada tahun 2014.
Peskov mengingatkan Ukraina menerima persyaratan perdamaian yang sangat menguntungkan pada Maret 2022, tetapi menolaknya "atas perintah Inggris."
Media dan pejabat Ukraina telah mengonfirmasi Boris Johnson, perdana menteri Inggris saat itu, memberi tahu Kiev bahwa mereka tidak boleh menerima kesepakatan apa pun dengan Rusia.
Saat mengumumkan operasi militer terhadap pemerintah di Kiev pada Februari 2022, Putin mengatakan Moskow bermaksud mencapai “demiliterisasi dan denazifikasi” Ukraina dan mendapatkan jaminan Kiev tidak akan pernah bergabung dengan NATO atau blok militer anti-Rusia lainnya.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
Berbicara dalam pertemuan dengan pejabat senior Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (14/6/2024), Putin mengatakan Kiev harus menyerahkan semua wilayah dari empat wilayah yang memilih bergabung dengan Rusia dan menjamin tidak akan pernah bergabung dengan NATO sebelum perundingan perdamaian dapat dimulai.
"Apa yang bisa saya katakan? Pesan-pesan ini adalah pesan ultimatum, tidak ada bedanya dengan ultimatum lain yang telah dia buat sebelumnya," ujar Zelensky kepada jaringan TV Sky TG24 saat menghadiri pertemuan G7 di Italia selatan.
"Dia ingin kita menyerahkan sebagian wilayah yang kita duduki, tetapi dia juga menginginkan wilayah yang tidak diduduki. Ia berbicara tentang wilayah-wilayah di negara kita, dan ia tidak akan berhenti," klaim Zelensky.
Karakterisasi Zelensky terhadap tawaran Putin sebagai ultimatum dikesampingkan sebagai "pemahaman yang salah, tentu saja," menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat.
"Ini adalah usulan yang komprehensif, sangat mendalam, dan konstruktif," ujar sekretaris pers Putin kepada Izvestia.
“Jika persyaratannya tampak lebih keras daripada yang diusulkan Moskow pada musim semi 2022, itu karena situasi yang berbeda telah muncul, dengan empat wilayah memilih menjadi bagian dari Rusia,” papar dia.
Penduduk Wilayah Kherson dan Zaporozhye serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk memberikan suara mayoritas pada September 2022 untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia.
Kiev dan pendukung Baratnya telah mengecam pemungutan suara itu sebagai "dicurangi" dan "tipuan," sama seperti mereka menolak mengakui pengembalian Krimea pada tahun 2014.
Peskov mengingatkan Ukraina menerima persyaratan perdamaian yang sangat menguntungkan pada Maret 2022, tetapi menolaknya "atas perintah Inggris."
Media dan pejabat Ukraina telah mengonfirmasi Boris Johnson, perdana menteri Inggris saat itu, memberi tahu Kiev bahwa mereka tidak boleh menerima kesepakatan apa pun dengan Rusia.
Saat mengumumkan operasi militer terhadap pemerintah di Kiev pada Februari 2022, Putin mengatakan Moskow bermaksud mencapai “demiliterisasi dan denazifikasi” Ukraina dan mendapatkan jaminan Kiev tidak akan pernah bergabung dengan NATO atau blok militer anti-Rusia lainnya.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
(sya)