Iran Naik Pitam Dituding Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS

Rabu, 19 Agustus 2020 - 18:29 WIB
loading...
Iran Naik Pitam Dituding...
Iran mengecam laporan yang menyebutkan mereka memberikan hadiah kepada faksi di Taliban untuk membunuh tentara AS. Foto/Sky News
A A A
TEHERAN - Iran mengecam laporan kantor berita CNN yang menyebut negara itu memberikan hadiah kepada faksi di Taliban untuk menghabisi tentara Amerika Serikat (AS) di Afghanistan . Iran menyebut laporan itu bagian dari propaganda AS untuk menutupi kesalahannya di Afghanistan.

Hal itu dikatakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzade. Ia mendesak AS untuk bertindak secara bertanggung jawab dan mengakhiri kehadiran bencana di negara Asia Selatan itu.

"Pemerintah Amerika tidak memiliki respon untuk keluarga tentara yang tewas di Afghanistan," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (19/8/2020).

Sebelumnya CNN menurunkan laporan, mengutip sumber intelijen anonim, bahwa Jaringan Haqqani yang dipimpin oleh wakil pemimpin Taliban Sirajuddin Haqqani mungkin telah menerima bayaran dari Iran untuk setidaknya enam serangan terhadap pasukan koalisi, termasuk serangan di Pangkalan Udara Bagram pada Desember 2019. (Baca: Giliran Iran Dilaporkan Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS )

Serangan 11 Desember itu menewaskan dua warga sipil dan melukai puluhan lainnya, termasuk empat personel militer AS .

Laporan ini muncul setelah sebelumnya The New York Times mengutip sumber-sumber pemerintah anonim yang mengatakan pada bulan Juni bahwa Presiden AS Donald Trump diberikan laporan intelijen yang menuduh bahwa Moskow mungkin telah menawarkan hadiah kepada Taliban untuk pembunuhan tentara AS. (Baca: NYT: Intel AS Sebut Rusia Perintahkan Pembunuhan Tentara Amerika di Afghanistan )

Trump membantah pernah diberi pengarahan tentang masalah tersebut, menambahkan bahwa Wakil Presiden Mike Pence dan Kepala Staf Mark Meadows juga tidak diberi informasi tentang tuduhan tersebut. Trump juga mengecam The New York Times karena menyebarkan apa yang dia sebut sebagai berita palsu. (Baca: Soal Isu Hadiah untuk Tewaskan Tentara AS, Ini Kata Trump )

Klaim tersebut juga dibantah baik oleh Moskow dan Taliban, dengan Kremlin mengecam tuduhan itu sebagai "omong kosong" dan kelompok militan menyebut mereka sebagai upaya untuk menghalangi penarikan pasukan AS dari Afghanistan. (Baca: Menlu Rusia Bantah Laporan Moskow Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS )

Perkembangan itu terjadi setelah AS dan Taliban menandatangani perjanjian perdamaian yang telah lama ditunggu-tunggu di ibu kota Qatar, Doha pada akhir Februari, yang menetapkan jadwal bagi AS untuk menarik dari 13.000 tentaranya dari Afghanistan.

Perjanjian itu juga menetapkan pembebasan hingga 5.000 tahanan Taliban dan kerja sama AS dengan pemerintah Islam Afghanistan pasca-penyelesaian yang baru dan non-campur tangan Washington dalam urusan internal Kabul.

Sebagai gantinya, Taliban berkewajiban mengambil langkah-langkah untuk mencegah kelompok teroris, seperti al-Qaeda, menggunakan Afghanistan untuk mengancam keamanan AS dan sekutunya. (Baca: AS-Taliban Teken Kesepakatan Damai, Akhiri Perang 19 Tahun )

Pasukan AS telah terlibat dalam operasi militer di Afghanistan selama 19 tahun sejak serangan teroris 9/11, tetapi dengan sedikit keberhasilan, gagal mengalahkan Taliban atau membangun perdamaian di negara itu dengan cara lain.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
6 Agenda Trump Membombardir...
6 Agenda Trump Membombardir Houthi, Salah Satunya Membantu Dominasi Israel di Timur Tengah
PM Baru Kanada Pilih...
PM Baru Kanada Pilih Eropa Dibandingkan AS
Houthi Klaim Mampu Gagalkan...
Houthi Klaim Mampu Gagalkan Serangan Udara AS dan Inggris
AS Bombardir Markas...
AS Bombardir Markas Houthi Tewaskan 53 Orang, Apakah Israel Terlibat?
Profil Mark Rutte, Sekjen...
Profil Mark Rutte, Sekjen NATO yang Goda Trump agar Tingkatkan Produksi Senjata
Balas Dendam, Houthi...
Balas Dendam, Houthi Coba Serang Kapal Induk Nuklir AS dengan Rudal dan Drone
Trump Makin Simpati...
Trump Makin Simpati pada Rusia, Eropa Galau Andalkan Senjata Nuklir Siapa?
Siapa Daniel Kahneman?...
Siapa Daniel Kahneman? Pemenang Nobel Ekonomi yang Memilih Bunuh Diri karena Tidak Suka Hidup di Usia Tua
6 Pemicu AS dan Inggris...
6 Pemicu AS dan Inggris Gelar Serangan Besar-besaran ke Pangkalan Houthi di Yaman
Rekomendasi
Hasan Nasbi: RUU TNI...
Hasan Nasbi: RUU TNI Tak Terbukti Bangkitkan Dwifungsi ABRI
Harlah PP IPNU Ke-71...
Harlah PP IPNU Ke-71 Dukung Pengembangan Generasi Muda Muslim yang Kritis dan Berwawasan Luas
Prabowo Diharapkan Jadi...
Prabowo Diharapkan Jadi Bapak Pemberantasan Korupsi Indonesia
Berita Terkini
Tentara Israel dalam...
Tentara Israel dalam Posisi Terburuk untuk Kembali Berperang Melawan Hamas, Berikut 3 Penyebabnya
43 menit yang lalu
Mengapa AS Tidak Dapat...
Mengapa AS Tidak Dapat Menyelesaikan Masalah Perdamaian Ukraina dengan Tongkat Ajaib?
1 jam yang lalu
6 Agenda Trump Membombardir...
6 Agenda Trump Membombardir Houthi, Salah Satunya Membantu Dominasi Israel di Timur Tengah
4 jam yang lalu
30 Negara Siap Bergabung...
30 Negara Siap Bergabung Dalam Koalisi Ukraina, tapi Kenapa Rusia Tak Akan Gentar?
6 jam yang lalu
PM Baru Kanada Pilih...
PM Baru Kanada Pilih Eropa Dibandingkan AS
7 jam yang lalu
4 Negara di Dunia yang...
4 Negara di Dunia yang Tak Miliki Pesawat Tempur, Salah Satunya Tergabung dalam NATO
8 jam yang lalu
Infografis
Presiden AS Donald Trump...
Presiden AS Donald Trump akan Pecat Tentara Transgender
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved