Giliran Iran Dilaporkan Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS

Selasa, 18 Agustus 2020 - 14:56 WIB
loading...
Giliran Iran Dilaporkan Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
WASHINGTON - Intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa Iran memberikan hadiah kepada pejuang Taliban karena telah menargetkan pasukan Amerika dan koalisinya di Afghanistan . Pihak intelijen AS telah mengidentifikasi pembayaran terkait dengan setidaknya enam serangan yang dilakukan kelompok kelompok miliyaran hanya untuk tahun lalu saja, termasuk bom bunuh diri di Pangkalan Udara AS di Bagram pada Desember lalu.

Adalah kantor berita CNN yang melaporkan hal tersebut. Menurut laporan CNN, hadiah itu diberikan kepada Jaringan Haqqani yang merupakan salah satu faksi di Taliban. Hadiah itu diberikan untuk serangan di Pangkalan Udara Bagram pada 11 Desember lalu yang menewaskan dua warga sipil dan melukai lebih dari 70 lainnya, termasuk empat personel AS. Laporan itu mengutip dokumen pengarahan yang didapatkan oleh CNN.

Sementara para pejabat intelijen AS mengakui bahwa Jaringan Haqqani tidak akan memerlukan pembayaran sebagai imbalan untuk menargetkan pasukan Amerika, dokumen internal Pentagon yang ditinjau oleh CNN mencatat bahwa pendanaan terkait dengan serangan 11 Desember di Bagram mungkin mendorong serangan profil tinggi di masa depan terhadap AS dan pasukan Koalisi.(Baca: Bom Bunuh Diri Hantam Pangkalan Militer Terbesar AS di Afghanistan )

Iran telah lama diketahui menggunakan proxy untuk melakukan serangan di seluruh wilayah. Tetapi dalam beberapa bulan setelah pemboman Desember di Bagram, pejabat AS di beberapa lembaga yang ditugaskan untuk menyelidiki hubungan Teheran dengan Jaringan Haqqani di Afghanistan dan mengembangkan opsi respon khusus.

Tetapi meskipun mengakui bahwa hubungan itu menimbulkan ancaman signifikan bagi kepentingan AS, pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) pada akhirnya merekomendasikan pemerintah tidak boleh mengambil langkah-langkah khusus untuk menangani hubungan yang mendasari Iran-Jaringan Haqqani pada akhir Maret. Para pejabat menyimpulkan bahwa tanggapan apa pun kemungkinan besar berdampak negatif pada upaya perdamaian, menurut memo internal yang diperoleh CNN.

Sementara pemerintahan Trump tidak mengambil tindakan khusus setelah menyelesaikan tinjauan internal tentang hubungan antara Iran dan Jaringan Haqqani awal tahun ini, beberapa pejabat berpendapat bahwa Presiden Trump telah mengambil sikap yang tegas terhadap Teheran karena berurusan dengan Taliban.

Seorang pejabat pemerintah saat ini dan mantan pejabat senior yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada CNN bahwa hubungan Iran dengan Taliban dikutip oleh pejabat AS sebagai bagian dari argumen untuk melakukan serangan yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani pada bulan Januari.

Ketika ditanya apakah pejabat tinggi pertahanan diberi pengarahan intelijen terkait dengan keterlibatan Iran dalam serangan tertentu Taliban, juru bicara Pentagon, Rob Lodewick mengatakan: "Departemen Pertahanan tidak mengungkapkan jadwal atau diskusi seputar musyawarah internal dan brifing intelijen."

Meski begitu ia mengakui upaya Teheran untuk merusak proses perdamaian.

"Pemerintah telah berulang kali menuntut, baik secara publik maupun secara pribadi, agar Iran menghentikan momok perilaku jahat dan destabilisasi di seluruh Timur Tengah dan dunia. Sementara Amerika Serikat, sekutu NATO dan mitra koalisinya bekerja untuk memfasilitasi berakhirnya 19 tahun pertumpahan darah, pengaruh bermusuhan Iran berusaha untuk merusak proses perdamaian Afghanistan dan mendorong berlanjutnya kekerasan dan ketidakstabilan," katanya seperti dikutip dari CNN, Selasa (18/8/2020).

Pemerintah Iran, NSC, Pusat Kontra Terorisme Nasional (NCTC) menolak memberikan komentar terkait laporan ini.

Laporan itu muncul hampir dua bulan setelah tuduhan bahwa Rusia memberikan hadiah kepada pejuang Taliban karena membunuh tentara Amerika di Afghanistan. Rusia sendiri menolak mentah-mentah laporan ini.(Baca: NYT: Intel AS Sebut Rusia Perintahkan Pembunuhan Tentara Amerika di Afghanistan )
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1747 seconds (0.1#10.140)