Stimulus USD278 Miliar Gagal Hidupkan Kembali Pertumbuhan Manufaktur China
loading...
A
A
A
Ini juga merupakan strategi China di masa lalu. Semua konsumen utama—mulai dari Amerika Serikat hingga India—telah memasang tembok tarif yang tinggi terhadap impor China sebelum adanya pandemi Covid-19. Sentimen global terhadap praktik dumping China terkonsolidasi setelah pandemi ini.
Negara-negara Barat kini ingin mengurangi pentingnya China dalam perdagangan global dengan mendiversifikasi pusat-pusat sumber di luar China. Apple Inc kini bersiap untuk mendapatkan 25 persen produksi globalnya dari India.
Selain itu, sebagai upaya perlindungan terhadap ketegangan geopolitik, negara-negara Barat ingin membangun kembali sebagian kapasitas produksi di wilayah mereka. Negara-negara Barat tidak akan membiarkan China tumbuh berkembang begitu saja.
Pembuat panel surya asal Swiss, Meyer Burger, mengeluhkan dumping besar-besaran dari China. AS sedang mempertimbangkan kenaikan tarif lebih lanjut untuk melindungi kepentingannya.
India melakukan segala upaya untuk menjauhkan teknologi dan produk teknologi China. Pernah menjadi importir panel surya, India kini mengekspor jenis produk tersebut senilai USD1,1 miliar selama April-Oktober 2023.
Kesimpulannya sederhana: China tidak bisa lagi mengendalikan perekonomian dunia. Hal ini tercermin dalam angka-angka dari negara tersebut.
Meski terdapat stimulus yang sangat besar, indeks pembelian PMI manufaktur China berada di bawah 50, yang menunjukkan adanya kontraksi dalam aktivitas manufaktur.
Dunia tidak lagi memberi China izin masuk gratis. Selain itu, kepercayaan konsumen berada pada titik terendah dalam sejarah di China.
Rakyat China pada umumnya berada di bawah tekanan luar biasa dari semua pihak. Mereka meninggalkan negara tersebut dalam jumlah besar. Menurut PBB, jumlah pencari suaka China meningkat hampir lima kali lipat antara 2013 dan 2023. Perekonomian China melaporkan pertumbuhan sedikit di atas 5 persen pada 2023.
Di tahun 2024, China diproyeksikan mencapai pertumbuhan 4,5 persen, dan stagnasi ini diperkirakan akan terus berlanjut di masa mendatang.
Mengurangi Ketergantungan kepada China
Negara-negara Barat kini ingin mengurangi pentingnya China dalam perdagangan global dengan mendiversifikasi pusat-pusat sumber di luar China. Apple Inc kini bersiap untuk mendapatkan 25 persen produksi globalnya dari India.
Selain itu, sebagai upaya perlindungan terhadap ketegangan geopolitik, negara-negara Barat ingin membangun kembali sebagian kapasitas produksi di wilayah mereka. Negara-negara Barat tidak akan membiarkan China tumbuh berkembang begitu saja.
Pembuat panel surya asal Swiss, Meyer Burger, mengeluhkan dumping besar-besaran dari China. AS sedang mempertimbangkan kenaikan tarif lebih lanjut untuk melindungi kepentingannya.
India melakukan segala upaya untuk menjauhkan teknologi dan produk teknologi China. Pernah menjadi importir panel surya, India kini mengekspor jenis produk tersebut senilai USD1,1 miliar selama April-Oktober 2023.
Kesimpulannya sederhana: China tidak bisa lagi mengendalikan perekonomian dunia. Hal ini tercermin dalam angka-angka dari negara tersebut.
Meski terdapat stimulus yang sangat besar, indeks pembelian PMI manufaktur China berada di bawah 50, yang menunjukkan adanya kontraksi dalam aktivitas manufaktur.
Dunia tidak lagi memberi China izin masuk gratis. Selain itu, kepercayaan konsumen berada pada titik terendah dalam sejarah di China.
Rakyat China pada umumnya berada di bawah tekanan luar biasa dari semua pihak. Mereka meninggalkan negara tersebut dalam jumlah besar. Menurut PBB, jumlah pencari suaka China meningkat hampir lima kali lipat antara 2013 dan 2023. Perekonomian China melaporkan pertumbuhan sedikit di atas 5 persen pada 2023.
Di tahun 2024, China diproyeksikan mencapai pertumbuhan 4,5 persen, dan stagnasi ini diperkirakan akan terus berlanjut di masa mendatang.