Jor-joran Bantu Ukraina, AS Hampir Kehabisan Amunisi dan Keamanannya Terancam

Minggu, 03 September 2023 - 15:27 WIB
loading...
A A A
“AS belum memproduksi rudal Stinger sejak tahun 2003, namun berdasarkan perkiraan tingkat produksi maksimum yang dapat dipulihkan, dibutuhkan setidaknya enam tahun untuk mengisi kembali persediaan kami. Selain itu, AS telah mengirim lebih dari satu juta peluru artileri ke Ukraina. AS memproduksi sekitar 20.000 peluru artileri per bulan, dan berencana untuk meningkatkan produksinya menjadi antara 70.000 hingga 90.000 peluru per bulan selama beberapa tahun ke depan.”

Faktanya, pada bulan Juli tahun ini, Komandan USAFE (Angkatan Udara Amerikadi Eropa) Jenderal James Hecker mengakui bahwa persediaan senjata AS dan sekutu semakin sedikit.

“Jika Anda melihat AS sendiri—dan jangan hanya berbicara tentang amunisi yang baru-baru ini kami berikan kepada Ukraina—namun jumlah skuadron tempur kami kira-kira separuh dibandingkan saat kami melakukan Desert Storm,” kata Hecker, menunjuk pada penurunan serupa dalam kekuatan pesawat tempur di Inggris.

“Jadi kita tidak mempunyai apa yang kita miliki pada saat Perang Dingin. Sekarang Anda menambahkan bahwa kita memberikan banyak amunisi kepada Ukraina—yang menurut saya merupakan hal yang perlu kita lakukan—namun sekarang jumlah amunisi kita sudah sangat rendah dan kadang-kadang, dalam beberapa kasus bahkan terlalu rendah, sehingga kita tidak punya cukup. Dan kita perlu melibatkan industri untuk membantu kita sehingga kita dapat mewujudkan hal ini”, katanya.

Seperti yang diungkapkan oleh studi Center for Renewing America; "Kekurangan ini mencakup banyak sistem senjata yang dipasok AS ke Ukraina juga dibutuhkan oleh Taiwan untuk mencegah atau mengalahkan invasi China. Ada sekitar USD19 miliar simpanan pengiriman senjata ke Taiwan, sebagian disebabkan oleh Amerika yang memprioritaskan pasokan senjata untuk Ukraina."

“Banyak sistem persenjataan yang dipasok ke Ukraina (misil Harpoon, roket HIMARS, dan lain-lain) juga dibutuhkan oleh Taiwan dan mitra Asia Timur lainnya, sehingga menciptakan trade-off nyata terhadap kemampuan AS untuk menghalangi agresi China," paparnya.

Laporan tersebut juga memperingatkan, “Ada juga risiko nyata bahwa senjata yang dikirim ke Ukraina bisa jatuh ke tangan yang salah. Ukraina secara historis merupakan salah satu negara paling korup di dunia dan memiliki sejarah sebagai sumber penyelundupan senjata ilegal—termasuk sistem senjata canggih. Misalnya, Ukraina telah menyediakan teknologi rudal jelajah ke Iran, menjual kapal induk pertamanya kepada China, dan kemungkinan besar menyediakan mesin roket yang memungkinkan Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua pertamanya."

Dengan latar belakang ini, ada dua pertanyaan mendasar yang relevan di sini. Pertama, ketika basis industri pertahanan kesulitan memproduksi senjata untuk Ukraina, jika China menginvasi Taiwan, apakah AS tidak akan kehabisan amunisi “dalam waktu seminggu?”

Di sisi lain, apakah jumlah bantuan yang dikeluarkan untuk mendukung Ukraina tidak jauh dari pentingnya hal ini bagi keselamatan dan kemakmuran ekonomi Amerika?

Pemerintahan Biden tidak memiliki jawaban yang meyakinkan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1231 seconds (0.1#10.140)