Jor-joran Bantu Ukraina, AS Hampir Kehabisan Amunisi dan Keamanannya Terancam

Minggu, 03 September 2023 - 15:27 WIB
loading...
A A A
Laporan tersebut menguji kemampuan basis industri pertahanan untuk menggantikan persediaan dalam keadaan darurat dan menyimpulkan bahwa prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun untuk sebagian besar barang.

“Masalahnya adalah ukuran basis industri pertahanan disesuaikan dengan tingkat produksi di masa damai. Kemampuan lonjakan dianggap boros, membeli kapasitas pabrik yang tidak direncanakan untuk digunakan. Konversi industri sipil ke produksi masa perang secara teoritis mungkin dilakukan, namun memerlukan proses yang panjang. Pada Perang Dunia II, konversi tersebut memerlukan waktu dua hingga tiga tahun dalam masyarakat dan perekonomian yang sepenuhnya dimobilisasi,” bunyi laporan CSIS, yang dilansir EurAsian Times, Minggu (3/9/2023).

Misalnya, kata CSIS, Amerika punya hamenemukan Ukraina sekitar sepertiga dari persediaan Stinger-nya, yang berjumlah lebih dari 1.600 sistem anti-pesawat yang ditembakkan dari bahu. Namun jalur produksi rudal Stinger berada dalam kondisi yang lebih buruk dibandingkan rudal Javelin, dan tetap dibuka hanya karena sejumlah kecil penjualan asing.

Bahkan CEO Raytheon Technologies, Greg Hayes, baru-baru ini mengakui; "Dalam sepuluh bulan pertama perang, kita pada dasarnya telah menghabiskan 13 tahun produksi Stinger, dan lima tahun produksi Javelin.”

“Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita akan memasok kembali, mengisi kembali persediaan?”

Studi lain dari The Ukraine Weapons Drain–The American Conservative mengatakan; "Angkatan Darat AS memproduksi sekitar 14.000 peluru kaliber 155mm setiap bulannya. Jika diekstrapolasi menjadi satu tahun, maka jumlah tersebut hanya 168.000 peluru—kurang dari seperlima dari jumlah peluru 155mm yang diberikan AS kepada Ukraina pada tahun lalu. Jika semua bantuan Ukraina berakhir besok, Amerika hanya membutuhkan waktu kurang dari enam tahun untuk memproduksi cukup peluru kaliber 155mm untuk mengembalikan persediaan Amerika ke tingkat sebelum perang."

“Hal ini menjelaskan mengapa AS ingin meningkatkan tingkat produksi amunisi tersebut menjadi 20.000 amunisi per bulan pada musim semi ini, namun meskipun demikian, dibutuhkan waktu lebih dari empat tahun untuk mengisi kembali stok amunisi sebesar 155 mm. Inilah sebabnya AS ingin meningkatkan produksinya lebih dari empat kali lipat, dari 20.000 menjadi 90.000 amunisi per bulan, pada tahun 2025," paparnya.

“Kongres telah memberikan dana sebesar USD420 juta kepada pabrik-pabrik yang memproduksi peluru kaliber 155mm, namun Amerika Serikat diperkirakan akan menghabiskan hampir USD2 miliar untuk meningkatkan produksi peluru kaliber 155mm pada tahun ini saja. Bahkan pada tingkat produksi baru tersebut, masih diperlukan waktu sebelas bulan dan perubahan untuk mengembalikan stok peluru 155mm ke tingkat sebelum perang, dengan asumsi AS berhenti memberikan seluruh peluru 155mm kepada Ukraina.”

Menipisnya persediaan ini juga ditunjukkan oleh keputusan pemerintahan Biden baru-baru ini untuk memasok munisi tandan ke Ukraina, yang dilarang di lebih dari 100 negara, termasuk sekutu NATO. Gedung Putih mengeklaim pihaknya bermaksud menggunakan munisi tandan sebagai “jembatan” sementara produksi peluru artileri meningkat.

Namun studi lain yang dilakukan oleh The Center for Renewing America mengatakan; "AS telah mengirimkan sekitar 8.500 rudal anti-tank Javelin ke Angkatan Bersenjata Ukraina. Diperlukan waktu hingga delapan tahun untuk mengisi kembali persediaan rudal dengan tingkat produksi saat ini, dengan asumsi tidak ada lagi rudal yang dikirim ke Ukraina. Demikian pula, Amerika telah menyediakan lebih dari 1.600 rudal Stinger ke Ukraina."
(mas)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0672 seconds (0.1#10.140)