Sekte Mati Kelaparan untuk Bertemu Yesus Renggut 110 Orang, 2 Pendeta Diadili
loading...
A
A
A
Mackenzie Nthenge, yang menyerahkan diri pada 14 April setelah polisi pertama kali memasuki hutan untuk mendapatkan informasi, diadili bersama 13 orang lainnya dengan tuduhan pembunuhan, penculikan, kekejaman terhadap anak-anak dan kejahatan lainnya sebagaimana tercantum dokumen pengadilan yang dilihat oleh AFP.
"Odero dan Nthenge berbagi sejarah investasi bisnis termasuk stasiun televisi yang digunakan untuk menyampaikan pesan radikal kepada pengikutnya," bunyi dokumen pengadilan.
Autopsi pertama dari Shakahola dilakukan hari Senin terhadap jasad sembilan anak dan satu wanita.
Pihak berwenang memastikan kelaparan sebagai penyebab kematian, meski beberapa korban mengalami sesak napas.
Pertanyaan publik bermunculan tentang bagaimana seorang pendeta dengan sejarah ekstremisme berhasil menghindari penegakan hukum meskipun profilnya menonjol.
Kasus kematian massal ini juga memaksa Presiden William Ruto mengintervensi gerakan keagamaan lokal Kenya.
"Minggu ini Ruto akan membentuk gugus tugas untuk menangani secara umum bagaimana kita mengatur kegiatan keagamaan di negara kita dan bagaimana kita memastikan kita tidak melanggar hak suci kebebasan beribadah, berpendapat dan berkeyakinan," kata Menteri Dalam Negeri Kithure Kata Kindiki.
"Tetapi pada saat yang sama kami tidak mengizinkan penjahat menyalahgunakan hak itu untuk menyakiti, membunuh, menyiksa, dan membuat orang kelaparan sampai mati," paparnya.
Lihat Juga: Mengenal Apollo Quiboloy, Pendeta yang Menjadikan Jemaatnya sebagai Budak Seks dan Diburu FBI
"Odero dan Nthenge berbagi sejarah investasi bisnis termasuk stasiun televisi yang digunakan untuk menyampaikan pesan radikal kepada pengikutnya," bunyi dokumen pengadilan.
Autopsi pertama dari Shakahola dilakukan hari Senin terhadap jasad sembilan anak dan satu wanita.
Pihak berwenang memastikan kelaparan sebagai penyebab kematian, meski beberapa korban mengalami sesak napas.
Pertanyaan publik bermunculan tentang bagaimana seorang pendeta dengan sejarah ekstremisme berhasil menghindari penegakan hukum meskipun profilnya menonjol.
Kasus kematian massal ini juga memaksa Presiden William Ruto mengintervensi gerakan keagamaan lokal Kenya.
"Minggu ini Ruto akan membentuk gugus tugas untuk menangani secara umum bagaimana kita mengatur kegiatan keagamaan di negara kita dan bagaimana kita memastikan kita tidak melanggar hak suci kebebasan beribadah, berpendapat dan berkeyakinan," kata Menteri Dalam Negeri Kithure Kata Kindiki.
"Tetapi pada saat yang sama kami tidak mengizinkan penjahat menyalahgunakan hak itu untuk menyakiti, membunuh, menyiksa, dan membuat orang kelaparan sampai mati," paparnya.
Lihat Juga: Mengenal Apollo Quiboloy, Pendeta yang Menjadikan Jemaatnya sebagai Budak Seks dan Diburu FBI
(mas)