Ketika Adegan Kelahiran Bayi Yesus Dibungkus Keffiyeh Palestina Bikin Kesal Pendukung Israel
loading...
A
A
A
VATIKAN - Sebuah adegan kelahiran bayi Yesus dibungkus dengan keffiyeh Palestina muncul dalam pameran di Vatikan. Namun adegan itu telah disingkirkan setelah menuai reaksi keras dari kelompok pro-Israel.
Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus meresmikan pertunjukan tersebut Sabtu lalu sebagai bagian dari pameran tahunan di Paul VI Hall, yang dirancang oleh seniman asal Bethlehem Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi dari Universitas Dar al-Kalima.
Adegan tersebut menampilkan ukiran kayu zaitun yang menggambarkan Keluarga Kudus dan Bintang Betlehem yang ditulis dalam bahasa Latin dan Arab dengan pesan: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi, dan niat baik bagi semua orang."
Penggunaan keffiyeh—simbol identitas dan perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel—menuai kritik tajam, dengan beberapa pihak menuduh tampilan tersebut sebagai "aksi politik yang menghujat".
Faten Nastas Mitwasi, salah satu seniman di balik proyek tersebut, mengatakan penambahan keffiyeh merupakan "hadiah dari Palestina untuk Vatikan" dan membantah kritik yang mencap syal tradisional tersebut sebagai simbol keagamaan.
Dia mengatakan kepada The New Arab: "Karya instalasi ini mencerminkan berbagai identitas orang Palestina, baik Kristen maupun Muslim, dengan menyajikan cerita lokal yang terjadi di Betlehem 2000 tahun yang lalu, menggunakan bahan-bahan lokal dan simbol-simbol nasional.”
"Keffiyeh bukanlah simbol kekerasan. Itu adalah bagian dari warisan budaya kita. Saya merasa bahwa mereka yang melihatnya sebagai simbol kekerasan perlu mempelajari lebih lanjut tentang sejarah dan budaya Palestina,” ujarnya, yang dilansir Sabtu (14/12/2024).
"Sebagai seorang Kristen Palestina, saya seharusnya memiliki kebebasan untuk membuat adegan kelahiran Yesus dan menggunakan simbol Palestina apa pun yang saya rasa cocok,” lanjut dia.
Warga Palestina menyambut hangat gerakan tersebut dari kedudukan Gereja Katolik, termasuk warga Kristen Palestina.
Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus meresmikan pertunjukan tersebut Sabtu lalu sebagai bagian dari pameran tahunan di Paul VI Hall, yang dirancang oleh seniman asal Bethlehem Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi dari Universitas Dar al-Kalima.
Adegan tersebut menampilkan ukiran kayu zaitun yang menggambarkan Keluarga Kudus dan Bintang Betlehem yang ditulis dalam bahasa Latin dan Arab dengan pesan: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi, dan niat baik bagi semua orang."
Penggunaan keffiyeh—simbol identitas dan perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel—menuai kritik tajam, dengan beberapa pihak menuduh tampilan tersebut sebagai "aksi politik yang menghujat".
Faten Nastas Mitwasi, salah satu seniman di balik proyek tersebut, mengatakan penambahan keffiyeh merupakan "hadiah dari Palestina untuk Vatikan" dan membantah kritik yang mencap syal tradisional tersebut sebagai simbol keagamaan.
Dia mengatakan kepada The New Arab: "Karya instalasi ini mencerminkan berbagai identitas orang Palestina, baik Kristen maupun Muslim, dengan menyajikan cerita lokal yang terjadi di Betlehem 2000 tahun yang lalu, menggunakan bahan-bahan lokal dan simbol-simbol nasional.”
"Keffiyeh bukanlah simbol kekerasan. Itu adalah bagian dari warisan budaya kita. Saya merasa bahwa mereka yang melihatnya sebagai simbol kekerasan perlu mempelajari lebih lanjut tentang sejarah dan budaya Palestina,” ujarnya, yang dilansir Sabtu (14/12/2024).
"Sebagai seorang Kristen Palestina, saya seharusnya memiliki kebebasan untuk membuat adegan kelahiran Yesus dan menggunakan simbol Palestina apa pun yang saya rasa cocok,” lanjut dia.
Warga Palestina menyambut hangat gerakan tersebut dari kedudukan Gereja Katolik, termasuk warga Kristen Palestina.