China Dilaporkan Berlakukan Wajib Aborsi untuk Muslim Uighur

Selasa, 30 Juni 2020 - 08:45 WIB
Omirzakh mengatakan para pria yang mendatanginya memperingatkannya bahwa dia akan bergabung dengan suaminya, seorang pedagang sayur yang ditahan, dan satu juta etnis minoritas lainnya dikurung di kamp-kamp pengasingan, jika dia tidak membayar denda. (Baca: AS Blacklist Puluhan Perusahaan China atas Penindasan Muslim Uighur )

“Tuhan menitipkan anak-anak kepada Anda. Untuk mencegah orang memiliki anak adalah salah," katanya. "Mereka ingin menghancurkan kami sebagai manusia."

Gulnar Omirzakh kini tinggal di rumah barunya di Shonzhy, Kazakhstan, bersama anak ketiganya, Alif Baqytali.

Tingkat kelahiran di sebagian besar wilayah Uighur di Hotan dan Kashgar anjlok lebih dari 60 persen dari 2015 hingga 2018, tahun terakhir yang tersedia dalam statistik pemerintah. Di seluruh wilayah Xinjiang, angka kelahiran terus anjlok, di mana pada tahun lalu saja anjlok hampir 24 persen.

Ratusan juta dolar yang dicurahkan pemerintah untuk pengadaan alat kontrasepsi telah mengubah Xinjiang dari salah satu daerah dengan pertumbuhan tercepat di China menjadi yang paling lambat hanya dalam beberapa tahun. Data ini merupakan hasil penelitian terbaru seorang sarjana studi China, Adrian Zenz.

"Penurunan semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya...ada kekejaman terhadapnya," kata Zenz, kontraktor independen di Victims of Communism Memorial Foundation di Washington, D.C.

"Ini adalah bagian dari kampanye kontrol yang lebih luas untuk menaklukkan warga Uighur," imbuh dia, yang dilansir Fox News, Selasa (30/6/2020).

China Anggap Hoaks

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menyebut laporan itu palsu dan merupakan berita palsu atau hoaks. Kementerian itu mengatakan bahwa pemerintah memperlakukan semua etnik secara adil dan melindungi hak-hak hukum minoritas.

"Semua orang, terlepas dari apakah mereka etnik minoritas atau (etnik) Han China, harus mengikuti (aturan) dan bertindak sesuai dengan hukum," kata juru bicara kementerian tersebut, Zhao Lijian.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More