Jepang dan AS Bakal Bahas Penggunaan Senjata Nuklir untuk Melawan China-Korut
loading...
A
A
A
TOKYO - Jepang dan Amerika Serikat (AS) akan berkomunikasi mengenai kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Washington jika terjadi keadaan darurat dalam melawan China dan Korea Utara (Korut).
Menurut informasi yang diperoleh The Yomiuri Shimbun, yang dilansir Senin (30/12/2024), Tokyo dan Washington telah menetapkan pedoman pertama mereka untuk apa yang disebut pencegahan yang diperluas.
Sumber pemerintah Jepang mengatakan Tokyo akan menyampaikan permintaannya kepada Washington melalui Mekanisme Koordinasi Aliansi (ACM), di mana Pasukan Bela Diri (SDF) dan pasukan AS menjaga kontak satu sama lain.
Pembentukan kerangka operasional semacam itu ditujukan untuk memperkuat payung nuklir AS yang melindungi Jepang dan meningkatkan kemampuan pencegahannya terhadap Korea Utara dan China—keduanya juga bersenjata nuklir.
Presiden AS, yang juga merupakan panglima tertinggi pasukan Amerika, memiliki kewenangan tunggal untuk mengizinkan serangan nuklir.
Sebelum pedoman tersebut selesai, tidak ada pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa Jepang diizinkan untuk menyampaikan pandangannya kepada Amerika Serikat mengenai kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Washington.
Pencegahan yang diperluas adalah kebijakan keamanan yang ditujukan untuk mencegah negara ketiga menyerang sekutu dengan menunjukkan komitmen untuk membalas tidak hanya jika terjadi serangan bersenjata terhadap negara sendiri, tetapi juga jika terjadi serangan terhadap sekutu.
Menanggapi program pengembangan nuklir Korea Utara dan peningkatan militer China, pemerintah Jepang dan AS pada tahun 2010 mulai mengadakan konsultasi tingkat kerja di mana pejabat luar negeri dan pertahanan mereka bertemu secara teratur untuk membahas pencegahan nuklir dan isu-isu lainnya. Jepang telah menyatakan pendiriannya tentang penggunaan senjata nuklir dalam pertemuan tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh The Yomiuri Shimbun, yang dilansir Senin (30/12/2024), Tokyo dan Washington telah menetapkan pedoman pertama mereka untuk apa yang disebut pencegahan yang diperluas.
Sumber pemerintah Jepang mengatakan Tokyo akan menyampaikan permintaannya kepada Washington melalui Mekanisme Koordinasi Aliansi (ACM), di mana Pasukan Bela Diri (SDF) dan pasukan AS menjaga kontak satu sama lain.
Pembentukan kerangka operasional semacam itu ditujukan untuk memperkuat payung nuklir AS yang melindungi Jepang dan meningkatkan kemampuan pencegahannya terhadap Korea Utara dan China—keduanya juga bersenjata nuklir.
Melawan Korea Utara dan China
Kementerian Luar Negeri Jepang mengumumkan perumusan pedoman tersebut pada hari Jumat pekan lalu tetapi belum mengungkapkan rinciannya, karena pedoman tersebut berisi informasi intelijen militer yang dirahasiakan.Presiden AS, yang juga merupakan panglima tertinggi pasukan Amerika, memiliki kewenangan tunggal untuk mengizinkan serangan nuklir.
Sebelum pedoman tersebut selesai, tidak ada pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa Jepang diizinkan untuk menyampaikan pandangannya kepada Amerika Serikat mengenai kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Washington.
Pencegahan yang diperluas adalah kebijakan keamanan yang ditujukan untuk mencegah negara ketiga menyerang sekutu dengan menunjukkan komitmen untuk membalas tidak hanya jika terjadi serangan bersenjata terhadap negara sendiri, tetapi juga jika terjadi serangan terhadap sekutu.
Menanggapi program pengembangan nuklir Korea Utara dan peningkatan militer China, pemerintah Jepang dan AS pada tahun 2010 mulai mengadakan konsultasi tingkat kerja di mana pejabat luar negeri dan pertahanan mereka bertemu secara teratur untuk membahas pencegahan nuklir dan isu-isu lainnya. Jepang telah menyatakan pendiriannya tentang penggunaan senjata nuklir dalam pertemuan tersebut.