Peneliti Temukan Penyebab Es di Greenland Mencair Secara Misterius

Sabtu, 25 April 2020 - 10:17 WIB
“Bayangkan pusaran ini berputar di bagian selatan Greenland dan itu benar-benar menyedot kelembapan dan panas Kota New York dan membuangnya di Kutub Utara, di sepanjang pantai barat Greenland,” kata Tedesco.

Dia menambahkan bahwa lebih banyak uap air dan lebih banyak energi akan mempromosikan pembentukan awan dibagian utara. Namun, awan tidak sepenuhnya akan menurunkan salju.

Awan-awan hangat dan lembap ini justru menjebak panas yang biasanya memancar dari es dan menciptakan efek rumah kaca skala kecil. Awanjuga memancarkan panasnya sendiri yang dapat memperburuk dan mempercepat pencairan es.

Melalui efek gabungan ini, kondisi atmosfer pada musim panas 2019 menyebabkan hilangnya massa tahunan tertinggi dari permukaan Greenland sejak pencatatan dimulai. Tedesco dan Fettweis menggunakan bantuan jaringan saraf tiruan.

Mereka menemukan bahwa sejumlah besar hari pada 2019 memiliki kondisi atmosfer bertekanan tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya. Musim panas tahun 2012 juga salah satu tahun terburuk di Greenland yang juga mengalami kondisi antiklonik.

“Kondisi atmosfer ini menjadi lebih sering terjadi selama beberapa dekade terakhir. Ini sangat mungkin disebabkan runtuhan aliran jet, yang kami pikir terkait dengan hilangnya penutup salju di Siberia, hilangnya es laut, dan perbedaan suhu yang meningkat di Kutub Utara versus garis lintang pertengahan,” beber Tedesco.

Dengan kata lain, perubahan iklim dapat membuat kondisi atmosfer tekanan tinggi lebih merusak di Greenland. Model iklim global saat ini tidakdapat menangkap efek dari aliran jet yang lebihberat.

“Memahami dampak perubahan sirkulasiatmosfer akan sangat penting untuk mening kat -kan proyeksi seberapa banyak air yang akan mem -banjiri lautan di masa depan,” ungkap Tedesco. (Fandy)
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More