Kisah Tragis Marie Antoinette, Ratu Prancis Ikon Kecantikan yang Dikubur Tanpa Nisan
Jum'at, 29 Oktober 2021 - 09:39 WIB
PARIS - Maria Antonia Josepha Johanna atau yang lebih sering disapa dengan nama Marie Antoinette merupakan ratu Prancis , istri Raja Louis XVI. Ia lahir di Wina, Austria pada 2 November 1755.
Marie bukanlah wanita biasa, ia putri dari pasangan Maria Theresa sang penguasa Kekaisaran Habsburg dan Kaisar Romawi Suci, Francis I. Karena hari kelahirannya bertepatan dengan hari berkabung Katolik atau All Souls Day, maka sejak kecil perayaan ulangtahunnya dimajukan sehari.
Marie menghabiskan masa kecilnya bersama sang kakak, Maria Carolina. Keduanya ditempatkan dalam Countess von Brandes, atau asuhan anak-anak kekaisaran.
Melansir laman History, ibu Marie, Maria menjanjikan anak gadisnya itu menikah dengan raja masa depan Prancis, Louis XVI. Maksud itu ditujukkan agar hubungan antara Prancis dan Habsburg bisa semakin erat. Benar saja, saat Marie berusia 15 tahun, ia menikah dengan suaminya yang berumur 16 tahun. Padahal, keduanya belum pernah bertemu sama sekali.
Menjelang pernikahannya, Marie digembleng sejumlah pendidikan adab Prancis. Guru yang mengajarinya didatangkan langsung dari Prancis ke Austria.
Di luar dugaan, Marie sangat mudah menyerap pelajaran hingga membuat sang guru terkesima. Marie dipandang sebagai wanita muda nan cerdas.
Upacara pernikahan mewah digelar pada Mei 1770 di kapel kerajaan Versailles. Tercatat, ada sekitar 5.000 tamu yang hadir dalam pernikahan itu. Sejak menikah, sorotan publik sudah pasti mengarah kepada Marie remaja. Terlebih, ia dianugerahi paras yang sangat cantik.
Jadi Ikon Kecantikan Hingga Hidup Boros
Harus menjadi pendamping hidup calon raja, ditambah masifnya perhatian yang diberikan masyarakat luas kepadanya, dirasa sangat sulit oleh Marie. Di sisi lain, Marie mengalami masa-masa kehidupan pernikahan yang sangat sulit. Ketika suaminya resmi naik tahta menjadi raja Prancis pada Mei 1774, Marie mendapat gelar Permaisuri Prancis dan Navarra.
Marie menjadi ikon kecantikan negeri itu. Usai resmi menjadi ratu, ia semakin ingin mengembangkan Versailles sebagai pusat mode, baik itu pakaian maupun kecantikan. Lambat laun, Marie gemar berfoya-foya dan hidup mewah.
Diketahui, ia sengaja membangun satu peternakan di halaman istana. Hal itu dimaksudkan agar Marie beserta para dayang-dayangnya bisa berpose sembari mengenakan kostum peternak, dan berpura-pura sebagai pemerah susu. Karena kehidupannya yang boros itu, Marie dicap sebagai ‘Ratu Boros’ atau ‘Madame Deficit’ di surat kabar. Bahkan, julukan itu juga tersebar melalui pamflet.
Ketika itu, aturan dari pihak kerajaan tegas mengatakan keluarga kerajaan tidak boleh mengenakan pakaian yang sama lebih dari sekali. Aturan tersebutlah yang membuat keborosan Marie semakin menjadi. Ia harus tampil lebih maksimal sebagai ratu Prancis dan ikon kecantikan.
Mati Tragis
Ketika Revolusi Prancis bergejolak di tahun 1789, rakyat mulai menyalahkan pemerintahan Raja Louis XVI yang dianggap tidak kompeten mengatur keuangan negara.
Prancis mengalami krisis moneter yang cukup parah. Sang Raja beserta para penasehatnya mengatur strategi untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, rakyat tetap menunjukkan keberatannya.
Masyarakat Prancis bahkan curiga, jika pihak kerajaan bersekongkol dengan negara lain seperti Austria untuk melawan rakyat. Terlebih, Marie berasal dari Austria. Sikap borosnya juga dijadikan kambing hitam atas semua permasalahan yang menimpa Prancis.
Akhirnya, sang Raja diadili rakyatnya sendiri pada Januari 1793 karena dianggap bekerjasama dengan negeri asing. Ia dipenggal di Place de la Révolution.
Nasib nahas juga dialami istrinya, Marie. Menerima banyak fitnah, seperti melakukan pergaulan bebas hingga pelecehan seksual, Marie ikut dipenggal pada Oktober 1793 di tempat yang sama.
Setelah dibunuh, jasad Marie dikebumikan di belakang gereja. Namun, tanpa adanya penanda atau nisan yang terpasang. Tak adanya batu nisan pada makamnya merupakan akhir tragis bagi seorang wanita tersohor yang jadi ikon kecantikan.
Marie bukanlah wanita biasa, ia putri dari pasangan Maria Theresa sang penguasa Kekaisaran Habsburg dan Kaisar Romawi Suci, Francis I. Karena hari kelahirannya bertepatan dengan hari berkabung Katolik atau All Souls Day, maka sejak kecil perayaan ulangtahunnya dimajukan sehari.
Marie menghabiskan masa kecilnya bersama sang kakak, Maria Carolina. Keduanya ditempatkan dalam Countess von Brandes, atau asuhan anak-anak kekaisaran.
Melansir laman History, ibu Marie, Maria menjanjikan anak gadisnya itu menikah dengan raja masa depan Prancis, Louis XVI. Maksud itu ditujukkan agar hubungan antara Prancis dan Habsburg bisa semakin erat. Benar saja, saat Marie berusia 15 tahun, ia menikah dengan suaminya yang berumur 16 tahun. Padahal, keduanya belum pernah bertemu sama sekali.
Menjelang pernikahannya, Marie digembleng sejumlah pendidikan adab Prancis. Guru yang mengajarinya didatangkan langsung dari Prancis ke Austria.
Di luar dugaan, Marie sangat mudah menyerap pelajaran hingga membuat sang guru terkesima. Marie dipandang sebagai wanita muda nan cerdas.
Upacara pernikahan mewah digelar pada Mei 1770 di kapel kerajaan Versailles. Tercatat, ada sekitar 5.000 tamu yang hadir dalam pernikahan itu. Sejak menikah, sorotan publik sudah pasti mengarah kepada Marie remaja. Terlebih, ia dianugerahi paras yang sangat cantik.
Jadi Ikon Kecantikan Hingga Hidup Boros
Harus menjadi pendamping hidup calon raja, ditambah masifnya perhatian yang diberikan masyarakat luas kepadanya, dirasa sangat sulit oleh Marie. Di sisi lain, Marie mengalami masa-masa kehidupan pernikahan yang sangat sulit. Ketika suaminya resmi naik tahta menjadi raja Prancis pada Mei 1774, Marie mendapat gelar Permaisuri Prancis dan Navarra.
Marie menjadi ikon kecantikan negeri itu. Usai resmi menjadi ratu, ia semakin ingin mengembangkan Versailles sebagai pusat mode, baik itu pakaian maupun kecantikan. Lambat laun, Marie gemar berfoya-foya dan hidup mewah.
Diketahui, ia sengaja membangun satu peternakan di halaman istana. Hal itu dimaksudkan agar Marie beserta para dayang-dayangnya bisa berpose sembari mengenakan kostum peternak, dan berpura-pura sebagai pemerah susu. Karena kehidupannya yang boros itu, Marie dicap sebagai ‘Ratu Boros’ atau ‘Madame Deficit’ di surat kabar. Bahkan, julukan itu juga tersebar melalui pamflet.
Ketika itu, aturan dari pihak kerajaan tegas mengatakan keluarga kerajaan tidak boleh mengenakan pakaian yang sama lebih dari sekali. Aturan tersebutlah yang membuat keborosan Marie semakin menjadi. Ia harus tampil lebih maksimal sebagai ratu Prancis dan ikon kecantikan.
Mati Tragis
Ketika Revolusi Prancis bergejolak di tahun 1789, rakyat mulai menyalahkan pemerintahan Raja Louis XVI yang dianggap tidak kompeten mengatur keuangan negara.
Prancis mengalami krisis moneter yang cukup parah. Sang Raja beserta para penasehatnya mengatur strategi untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, rakyat tetap menunjukkan keberatannya.
Masyarakat Prancis bahkan curiga, jika pihak kerajaan bersekongkol dengan negara lain seperti Austria untuk melawan rakyat. Terlebih, Marie berasal dari Austria. Sikap borosnya juga dijadikan kambing hitam atas semua permasalahan yang menimpa Prancis.
Akhirnya, sang Raja diadili rakyatnya sendiri pada Januari 1793 karena dianggap bekerjasama dengan negeri asing. Ia dipenggal di Place de la Révolution.
Nasib nahas juga dialami istrinya, Marie. Menerima banyak fitnah, seperti melakukan pergaulan bebas hingga pelecehan seksual, Marie ikut dipenggal pada Oktober 1793 di tempat yang sama.
Setelah dibunuh, jasad Marie dikebumikan di belakang gereja. Namun, tanpa adanya penanda atau nisan yang terpasang. Tak adanya batu nisan pada makamnya merupakan akhir tragis bagi seorang wanita tersohor yang jadi ikon kecantikan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda