Facebook Diblokir, Ribuan Warga Myanmar Penentang Junta Banjiri Twitter
Jum'at, 05 Februari 2021 - 20:59 WIB
Otoritas militer melarang Facebook Inc hingga 7 Februari demi "stabilitas". Hampir setengah dari populasi Myanmar merupakan pengguna Facebook.
Selama ini lawan-lawan junta menggunakan Facebook untuk mengorganisir diri.
Butuh beberapa jam bagi penyedia internet untuk memberlakukan larangan tersebut. “Dengan adanya larangan Facebook, para aktivis mulai membuat akun Twitter dan membagikannya di profil Facebook mereka,” ungkap ulasan pesan media sosial.
Twitter pada Jumat berada di antara lima aplikasi yang paling banyak diunduh di Google dan Apple, menurut data perusahaan riset SensorTower.
Dari sekitar 1.500 akun Twitter baru yang ditinjau Reuters dan diaktifkan dalam dua hari terakhir, mereka menggunakan tagar terkait Myanmar.
Sebagian besar mengidentifikasi diri mereka sebagai penentang pemerintah militer Myanmar, sementara beberapa akun pro-militer dan memposting tautan ke siaran pers junta .
Beberapa aktivis pro-demokrasi menggunakan tagar #MilkTeaAlliance, untuk meminta dukungan kepada gerakan pemuda lintas batas yang mendorong demokrasi.
Tagar yang dimulai di Thailand pada April itu digunakan secara mencolok oleh aktivis Hong Kong, Thailand, dan Taiwan.
Twitter telah menjadi andalan bagi para aktivis pro-demokrasi di kawasan itu.
Twitter menolak berkomentar tentang lonjakan pengguna di Myanmar.
Selama ini lawan-lawan junta menggunakan Facebook untuk mengorganisir diri.
Butuh beberapa jam bagi penyedia internet untuk memberlakukan larangan tersebut. “Dengan adanya larangan Facebook, para aktivis mulai membuat akun Twitter dan membagikannya di profil Facebook mereka,” ungkap ulasan pesan media sosial.
Twitter pada Jumat berada di antara lima aplikasi yang paling banyak diunduh di Google dan Apple, menurut data perusahaan riset SensorTower.
Dari sekitar 1.500 akun Twitter baru yang ditinjau Reuters dan diaktifkan dalam dua hari terakhir, mereka menggunakan tagar terkait Myanmar.
Sebagian besar mengidentifikasi diri mereka sebagai penentang pemerintah militer Myanmar, sementara beberapa akun pro-militer dan memposting tautan ke siaran pers junta .
Beberapa aktivis pro-demokrasi menggunakan tagar #MilkTeaAlliance, untuk meminta dukungan kepada gerakan pemuda lintas batas yang mendorong demokrasi.
Tagar yang dimulai di Thailand pada April itu digunakan secara mencolok oleh aktivis Hong Kong, Thailand, dan Taiwan.
Twitter telah menjadi andalan bagi para aktivis pro-demokrasi di kawasan itu.
Twitter menolak berkomentar tentang lonjakan pengguna di Myanmar.
tulis komentar anda