AS dan China Dikhawatirkan Perang, Ini Warning Jokowi hingga Macron

Kamis, 24 September 2020 - 08:02 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada hari Selasa bahwa pandemi virus corona baru harus mengejutkan negara-negara untuk bekerja sama—dan melawan tatanan dunia yang didominasi oleh China dan AS.

“Satu-satunya solusi bisa datang dari kerjasama kita,” ujarnya. “Dunia saat ini tidak dapat diserahkan kepada persaingan antara China dan Amerika Serikat, terlepas dari beban dunia yang dimiliki oleh kedua kekuatan besar ini, terlepas dari sejarah yang mengikat kita.”

"Jika tidak, dunia akan secara kolektif dikutuk menjadi pas de deux oleh AS dan China di mana semua orang direduksi menjadi apa-apa selain penonton yang menyedihkan dari impotensi kolektif," katanya.

"Semua ini berarti dunia harus membangun tatanan baru," imbuh Macron, yan mendesak Eropa untuk sepenuhnya memikul tanggung jawabnya. (Baca: Debat di Radio, Indonesia Usir Kapal Coast Guard China dari Perairan Natuna )

Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga menyoroti bahaya ketegangan AS-China. “Mengingat ukuran dan kekuatan militer para pesaing, kita hanya bisa membayangkan dan terkejut dengan korban jiwa yang mengerikan serta harta benda yang akan ditimbulkan jika 'perang kata-kata' memburuk menjadi perang senjata nuklir dan rudal yang sebenarnya,” katanya dalam pidatonya untuk UNGA.

Baik Indonesia maupun Filipina menolak klaim China atas Laut China Selatan. Dalam pidatonya yang direkam sebelumnya, yang pertama di PBB, Duterte menekankan putusan pengadilan PBB yang menegakkan hak Filipina atas bagian perairan yang disengketakan yang diklaim oleh China. (Baca juga: Situasi Laut China Selatan Menegangkan, Malaysia Tembak Mati Nelayan Vietnam )

“Penghargaan tersebut sekarang menjadi bagian dari hukum internasional, melampaui kompromi dan di luar jangkauan pemerintah yang lewat untuk mencairkan, mengurangi, atau mengabaikan,” kata Duterte. Kami dengan tegas menolak upaya untuk merusaknya," ujar pemimpin Filipina tersebut.

Pernyataan tersebut dipandang sebagai yang terkuat dari pemimpin Filipina sejauh ini dalam sengketa Laut China Selatan, mengingat pernyataan sebelumnya meremehkan masalah tersebut sebagai imbalan atas hubungan geopolitik dan ekonomi Manila yang lebih dekat dengan Beijing.

Meratapi ketegangan yang meningkat, Duterte berkata: "Ketika gajah bertarung, rumputlah yang diinjak-injak".
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More