Apakah Rusia Sahabat Iran? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
MOSKOW - Hubungan antara Rusia dan Iran adalah salah satu relasi geopolitik yang menarik karena melibatkan interaksi yang kompleks antara kepentingan nasional, sejarah, dan dinamika regional.
Secara garis besar, Rusia dan Iran dapat dikategorikan sebagai sekutu strategis dalam beberapa aspek, tetapi hubungan mereka tidak selalu konsisten.
Apakah Rusia dapat dianggap sebagai sahabat Iran, dengan mempertimbangkan latar belakang sejarah, kepentingan bersama, kerja sama strategis, serta tantangan dalam hubungan kedua negara.
Hubungan antara Rusia dan Iran memiliki sejarah panjang yang penuh dengan dinamika, mulai dari konflik hingga kerja sama.
Pada abad ke-19, Kekaisaran Rusia dan Persia (sekarang Iran) sering kali berada dalam persaingan langsung, khususnya terkait wilayah Kaukasus.
Perang Rusia-Persia pada awal abad ke-19 mengakibatkan Iran kehilangan wilayah strategis seperti Azerbaijan dan Georgia kepada Rusia.
Hal ini meninggalkan luka sejarah yang dalam di Iran, di mana Rusia sering dipandang sebagai kekuatan imperialis yang merugikan negara tersebut.
Namun, pada abad ke-20, terutama setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917 dan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, hubungan kedua negara mulai berubah.
Setelah revolusi, Iran mengalami isolasi dari Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), akibat krisis sandera dan kebijakan anti-Barat yang diusung Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini.
Sementara itu, Uni Soviet (pendahulu Rusia modern) mencari sekutu di Timur Tengah untuk menyeimbangkan pengaruh AS.
Secara garis besar, Rusia dan Iran dapat dikategorikan sebagai sekutu strategis dalam beberapa aspek, tetapi hubungan mereka tidak selalu konsisten.
Apakah Rusia dapat dianggap sebagai sahabat Iran, dengan mempertimbangkan latar belakang sejarah, kepentingan bersama, kerja sama strategis, serta tantangan dalam hubungan kedua negara.
Sejarah Hubungan Rusia dan Iran
Hubungan antara Rusia dan Iran memiliki sejarah panjang yang penuh dengan dinamika, mulai dari konflik hingga kerja sama.
Pada abad ke-19, Kekaisaran Rusia dan Persia (sekarang Iran) sering kali berada dalam persaingan langsung, khususnya terkait wilayah Kaukasus.
Perang Rusia-Persia pada awal abad ke-19 mengakibatkan Iran kehilangan wilayah strategis seperti Azerbaijan dan Georgia kepada Rusia.
Hal ini meninggalkan luka sejarah yang dalam di Iran, di mana Rusia sering dipandang sebagai kekuatan imperialis yang merugikan negara tersebut.
Namun, pada abad ke-20, terutama setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917 dan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, hubungan kedua negara mulai berubah.
Setelah revolusi, Iran mengalami isolasi dari Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), akibat krisis sandera dan kebijakan anti-Barat yang diusung Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini.
Sementara itu, Uni Soviet (pendahulu Rusia modern) mencari sekutu di Timur Tengah untuk menyeimbangkan pengaruh AS.