Laporan Al Jazeera: China Gelar Tur Media untuk Ubah Narasi HAM di Xinjiang
Kamis, 04 Januari 2024 - 16:07 WIB
Setelah itu, Jazexhi menghubungi Kedutaan China dan segera diundang untuk mengikuti tur media bagi jurnalis asing. "Saya pergi untuk membela pemerintah China," kenangnya.
Namun, Jazexhi segera menyadari bahwa membela narasi China adalah "tugas yang jauh lebih sulit" daripada yang dia perkirakan.
Dalam beberapa hari pertama di Xinjiang, dia dan jurnalis asing lainnya harus mengikuti serangkaian ceramah yang diberikan pejabat China tentang sejarah wilayah tersebut beserta masyarakatnya.
"Mereka menggambarkan penduduk asli Xinjiang sebagai imigran, dan Islam sebagai agama asing di wilayah tersebut," tutur Jazexhi. "Itu tidak benar."
Kekecewaannya berlanjut ketika dia dan jurnalis lainnya dibawa tuan rumah mereka yang berasal dari China ke salah satu pusat pelatihan kejuruan di luar ibu kota regional Urumqi, menurut laporan Al Jazeera.
Jazexhi juga berkesempatan berinteraksi dengan beberapa warga Uighur dan dengan cepat menjadi jelas bahwa mereka bukanlah "teroris" atau "ekstremis" seperti yang diklaim Beijing.
Dia mengira akan mengungkap kebohongan Barat saat menjalani tur tersebut, namun yang terjadi adalah, dirinya justru menyaksikan penindasan dalam skala besar. "Apa yang saya lihat adalah upaya memberantas Islam dari Xinjiang," ungkap Jazexhi.
Sejak kunjungan Jazexhi, Dewan HAM PBB telah menemukan bahwa pembatasan dan perampasan yang dilakukan China di Xinjiang mungkin merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan”.
Namun, Jazexhi segera menyadari bahwa membela narasi China adalah "tugas yang jauh lebih sulit" daripada yang dia perkirakan.
Dalam beberapa hari pertama di Xinjiang, dia dan jurnalis asing lainnya harus mengikuti serangkaian ceramah yang diberikan pejabat China tentang sejarah wilayah tersebut beserta masyarakatnya.
"Mereka menggambarkan penduduk asli Xinjiang sebagai imigran, dan Islam sebagai agama asing di wilayah tersebut," tutur Jazexhi. "Itu tidak benar."
Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Kekecewaannya berlanjut ketika dia dan jurnalis lainnya dibawa tuan rumah mereka yang berasal dari China ke salah satu pusat pelatihan kejuruan di luar ibu kota regional Urumqi, menurut laporan Al Jazeera.
Jazexhi juga berkesempatan berinteraksi dengan beberapa warga Uighur dan dengan cepat menjadi jelas bahwa mereka bukanlah "teroris" atau "ekstremis" seperti yang diklaim Beijing.
Dia mengira akan mengungkap kebohongan Barat saat menjalani tur tersebut, namun yang terjadi adalah, dirinya justru menyaksikan penindasan dalam skala besar. "Apa yang saya lihat adalah upaya memberantas Islam dari Xinjiang," ungkap Jazexhi.
Sejak kunjungan Jazexhi, Dewan HAM PBB telah menemukan bahwa pembatasan dan perampasan yang dilakukan China di Xinjiang mungkin merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan”.
tulis komentar anda