Laporan Al Jazeera: China Gelar Tur Media untuk Ubah Narasi HAM di Xinjiang
Kamis, 04 Januari 2024 - 16:07 WIB
BEIJING - Bertujuan untuk mengubah narasi mengenai wilayah Xinjiang di mana China dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), Beijing mengadakan apa yang disebut sebagai tur media dengan negara-negara sahabat.
Menurut laporan Al Jazeera, langkah China itu untuk menyebarkan versi berbeda mengenai wilayah Xinjiang.
Di bawah visi Presiden China Xi Jinping untuk "menceritakan kisah Xinjiang" dan "dengan percaya diri menyebarkan stabilitas sosial yang sangat baik di Xinjiang”, setidaknya ada lima tur serupa yang diadakan pada 2023.
Al Jazeera mengutip laporan Olsi Jazexhi, seorang sejarawan dan jurnalis Albania-Kanada yang awalnya mengira bahwa laporan tentang pelanggaran HAM di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (Xinjiang) di China bagian Barat adalah "kebohongan”.
Berbagai laporan dari orang-orang yang melarikan diri dari wilayah tersebut serta laporan dari sejumlah organisasi HAM memberikan gambaran tentang pelanggaran HAM yang dilakukan China dalam skala besar.
Minoritas Muslim di Xinjiang—yang sebagian besar adalah warga Uighur berbahasa Turki—dilaporkan mengalami perampasan kebebasan dasar, warisan budaya dan agamanya, dan setidaknya 1 juta dari mereka ditahan di jaringan kamp penahanan yang luas.
Komunitas internasional juga telah memperhatikan hal ini, dan PBB telah menyampaikan keprihatinannya. Tapi Jazexhi masih belum yakin saat itu.
"Saya yakin bahwa cerita-cerita tersebut adalah sebuah skema yang dibangun Amerika Serikat dan Barat untuk mendiskreditkan China dan mengalihkan perhatian dari catatan HAM mereka mengenai Muslim," katanya, seperti dikutip dari ANI pada Kamis (4/1/2024).
Menurut laporan Al Jazeera, langkah China itu untuk menyebarkan versi berbeda mengenai wilayah Xinjiang.
Di bawah visi Presiden China Xi Jinping untuk "menceritakan kisah Xinjiang" dan "dengan percaya diri menyebarkan stabilitas sosial yang sangat baik di Xinjiang”, setidaknya ada lima tur serupa yang diadakan pada 2023.
Al Jazeera mengutip laporan Olsi Jazexhi, seorang sejarawan dan jurnalis Albania-Kanada yang awalnya mengira bahwa laporan tentang pelanggaran HAM di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (Xinjiang) di China bagian Barat adalah "kebohongan”.
Baca Juga
Berbagai laporan dari orang-orang yang melarikan diri dari wilayah tersebut serta laporan dari sejumlah organisasi HAM memberikan gambaran tentang pelanggaran HAM yang dilakukan China dalam skala besar.
Minoritas Muslim di Xinjiang—yang sebagian besar adalah warga Uighur berbahasa Turki—dilaporkan mengalami perampasan kebebasan dasar, warisan budaya dan agamanya, dan setidaknya 1 juta dari mereka ditahan di jaringan kamp penahanan yang luas.
Komunitas internasional juga telah memperhatikan hal ini, dan PBB telah menyampaikan keprihatinannya. Tapi Jazexhi masih belum yakin saat itu.
"Saya yakin bahwa cerita-cerita tersebut adalah sebuah skema yang dibangun Amerika Serikat dan Barat untuk mendiskreditkan China dan mengalihkan perhatian dari catatan HAM mereka mengenai Muslim," katanya, seperti dikutip dari ANI pada Kamis (4/1/2024).
Lihat Juga :
tulis komentar anda