Usai Kunjungan Xi Jinping, Warga Tibet Gansu Dikhawatirkan Ditindas seperti di Xinjiang
loading...
A
A
A
GANSU - Presiden China Xi Jinping telah melontarkan pernyataan keras perihal aktivitas keagamaan saat mengunjungi Urumqi, Xinjiang, pada akhir Agustus lalu. Dia menyerukan pihak berwenang untuk memperkuat upaya mengendalikan apa yang dia sebut sebagai "aktivitas religius ilegal”.
Pernyataan Xi Jinping memicu kritik dan kecaman dari sejumlah pihak. Foto-foto resmi kunjungan ke Urumqi memperlihatkan Xi berdiri bersama Sekretaris Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat Partai Komunis China, Chen Wenqing.
Posisi tersebut menjadikan Chen, yang juga seorang anggota Politbiro dan mantan Menteri Keamanan Negara, sebagai pemimpin de facto keamanan publik di China.
Ada fakta yang kurang mendapat perhatian di level nasional dan internasional, yaitu bahwa Chen tiba di Urumqi dari Kota Hezuo di Prefektur Otonomi Tibet Gannan, bagian dari provinsi Gansu. Sebelum pergi ke Xinjiang, Chen sebenarnya sudah memeriksa Gansu, dan pemberhentian terakhirnya adalah Kota Hezuo.
Prefektur Otonomi Tibet Gannan adalah rumah bagi lebih dari 400.000 warga Tibet, yang mewakili 57 persen populasi—sebuah bukti fakta bahwa Tibet secara historis adalah negara yang lebih besar daripada apa yang oleh China sebut sebagai Daerah Otonomi Tibet dan sekarang Xizang.
Chen mengatakan kepada pihak berwenang di Prefektur Gannan bahwa Beijing mengharapkan mereka untuk "menciptakan lingkungan sosial yang aman dan stabil untuk mempromosikan modernisasi gaya China”, menjunjung tinggi "budaya ilmiah”, dan melawan "separatisme" serta "takhayul."
Sebelum pidato Xi Jinping di Urumqi, Chen menyebut Xinjiang sebagai model perjuangan melawan "separatisme" dan penggunaan agama untuk mengkritik Partai Komunis China (PKC). Seperti yang kemudian dilakukan Xi Jinping di Xinjiang, Chen memuji "Gerakan Fengqiao”.
Mengutip keterangan di laman Bitter Winter, Senin (4/9/2023), Gerakan Fengqiao diluncurkan di provinsi Zhejiang oleh Mao Zedong pada tahun 1963 sebagai awal dari Revolusi Kebudayaan. Gerakan ini terdiri dari “empat pembersihan”, di mana empat kelompok masyarakat—“tuan tanah”, “petani kaya”, “kontra-revolusioner”, dan “pelaku kejahatan” ditahan serta dipermalukan di depan umum.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan disiksa dan dibunuh. Kaum kontra-revolusioner dan “pelaku kejahatan” dalam Gerakan Fengqiao meliputi mereka yang masih menganut agama independen.
Inti dari pernyataan Chen adalah bahwa penganiayaan yang sama terhadap Muslim Uighur di Xinjiang juga dapat diterapkan terhadap umat Buddha Tibet di Gansu.
Chen juga mengunjungi Prefektur Otonomi Linxia Hui di Gansu, yang populasinya mencakup lebih dari 50 persen minoritas, termasuk warga Tibet dan Muslim Hui. Chen memperingatkan mereka untuk tidak menentang "Sinifikasi Islam”, merujuk pada gerakan menghapus elemen-elemen asli Islam atau budaya Arab, yang biasanya dalam bentuk renovasi masjid.
Pernyataan Xi Jinping memicu kritik dan kecaman dari sejumlah pihak. Foto-foto resmi kunjungan ke Urumqi memperlihatkan Xi berdiri bersama Sekretaris Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat Partai Komunis China, Chen Wenqing.
Posisi tersebut menjadikan Chen, yang juga seorang anggota Politbiro dan mantan Menteri Keamanan Negara, sebagai pemimpin de facto keamanan publik di China.
Ada fakta yang kurang mendapat perhatian di level nasional dan internasional, yaitu bahwa Chen tiba di Urumqi dari Kota Hezuo di Prefektur Otonomi Tibet Gannan, bagian dari provinsi Gansu. Sebelum pergi ke Xinjiang, Chen sebenarnya sudah memeriksa Gansu, dan pemberhentian terakhirnya adalah Kota Hezuo.
Prefektur Otonomi Tibet Gannan adalah rumah bagi lebih dari 400.000 warga Tibet, yang mewakili 57 persen populasi—sebuah bukti fakta bahwa Tibet secara historis adalah negara yang lebih besar daripada apa yang oleh China sebut sebagai Daerah Otonomi Tibet dan sekarang Xizang.
Chen mengatakan kepada pihak berwenang di Prefektur Gannan bahwa Beijing mengharapkan mereka untuk "menciptakan lingkungan sosial yang aman dan stabil untuk mempromosikan modernisasi gaya China”, menjunjung tinggi "budaya ilmiah”, dan melawan "separatisme" serta "takhayul."
Sebelum pidato Xi Jinping di Urumqi, Chen menyebut Xinjiang sebagai model perjuangan melawan "separatisme" dan penggunaan agama untuk mengkritik Partai Komunis China (PKC). Seperti yang kemudian dilakukan Xi Jinping di Xinjiang, Chen memuji "Gerakan Fengqiao”.
Mengutip keterangan di laman Bitter Winter, Senin (4/9/2023), Gerakan Fengqiao diluncurkan di provinsi Zhejiang oleh Mao Zedong pada tahun 1963 sebagai awal dari Revolusi Kebudayaan. Gerakan ini terdiri dari “empat pembersihan”, di mana empat kelompok masyarakat—“tuan tanah”, “petani kaya”, “kontra-revolusioner”, dan “pelaku kejahatan” ditahan serta dipermalukan di depan umum.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan disiksa dan dibunuh. Kaum kontra-revolusioner dan “pelaku kejahatan” dalam Gerakan Fengqiao meliputi mereka yang masih menganut agama independen.
Inti dari pernyataan Chen adalah bahwa penganiayaan yang sama terhadap Muslim Uighur di Xinjiang juga dapat diterapkan terhadap umat Buddha Tibet di Gansu.
Chen juga mengunjungi Prefektur Otonomi Linxia Hui di Gansu, yang populasinya mencakup lebih dari 50 persen minoritas, termasuk warga Tibet dan Muslim Hui. Chen memperingatkan mereka untuk tidak menentang "Sinifikasi Islam”, merujuk pada gerakan menghapus elemen-elemen asli Islam atau budaya Arab, yang biasanya dalam bentuk renovasi masjid.
(mas)