Tekad Xi Jinping Jadikan China Kekuatan Dunia Terhambat Isu Internal PLA
Rabu, 06 Desember 2023 - 12:15 WIB
Karena ekspansi dan peran barunya, PLA telah melahirkan organisasi-organisasi baru. Organisasi-organisasi baru ini terdengar mengancam di atas kertas. Namun, organisasi baru memerlukan waktu untuk menjadi matang. Pertanyaan utamanya adalah: Apakah organisasi-organisasi baru ini sesuai dengan peran baru yang diharapkan untuk PLA?
Dalam situasi di mana definisi peran masih kabur, organisasi juga harus terus berubah dan berkembang. Ambiguitas ini terlihat jelas dalam sistem komando teater PLA.
Komando teater China terutama dimaksudkan untuk pertahanan benua atau, paling banter, untuk melindungi aset lepas pantai dalam jangkauan benua. China kekurangan organisasi yang dimaksudkan untuk keamanan aset luar negeri atau tugas ekspedisi mereka.
Ketika organisasi-organisasi baru ini muncul, mereka akan melalui siklus pertumbuhannya. Hal terpenting, semua organisasi yang ada belum teruji. Organisasi baru juga akan bertambah untuk menyesuaikan peran-peran ini seiring ditetapkannya peran baru. Keadaan yang berubah-ubah ini sepertinya tidak bisa dihindari.
Taktik zona abu-abu dan “Salami Slicing” mungkin berhasil di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Tapi di luar itu, PLA harus menghadapi situasi operasional baru di medan perang baru yang belum ditentukan.
Untuk menjadi negara adidaya, China harus siap melawan musuh konvensional dan hibrida di medan perang tersebut. PLA terakhir kali melakukan pertempuran yang layak pada tahun 1979 melawan Vietnam.
Obsesi China saat ini adalah Taiwan. Perjuangan untuk Taiwan sepenuhnya bersifat amfibi, di mana PLA tidak memiliki pengalaman atau tradisi apa pun. Lebih jauh lagi, ketika PLA memutuskan untuk melakukan ekspedisi, mereka harus melakukan pertempuran di masa depan di lokasi yang jauh dan belum diketahui.
Sampai saat ini, kemampuan sebenarnya dari PLA belum dapat dinilai secara menyeluruh karena terbatasnya paparan militer China terhadap dunia luar.
Dalam situasi di mana definisi peran masih kabur, organisasi juga harus terus berubah dan berkembang. Ambiguitas ini terlihat jelas dalam sistem komando teater PLA.
Komando teater China terutama dimaksudkan untuk pertahanan benua atau, paling banter, untuk melindungi aset lepas pantai dalam jangkauan benua. China kekurangan organisasi yang dimaksudkan untuk keamanan aset luar negeri atau tugas ekspedisi mereka.
Ketika organisasi-organisasi baru ini muncul, mereka akan melalui siklus pertumbuhannya. Hal terpenting, semua organisasi yang ada belum teruji. Organisasi baru juga akan bertambah untuk menyesuaikan peran-peran ini seiring ditetapkannya peran baru. Keadaan yang berubah-ubah ini sepertinya tidak bisa dihindari.
Medan Perang Baru
Taktik zona abu-abu dan “Salami Slicing” mungkin berhasil di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Tapi di luar itu, PLA harus menghadapi situasi operasional baru di medan perang baru yang belum ditentukan.
Untuk menjadi negara adidaya, China harus siap melawan musuh konvensional dan hibrida di medan perang tersebut. PLA terakhir kali melakukan pertempuran yang layak pada tahun 1979 melawan Vietnam.
Obsesi China saat ini adalah Taiwan. Perjuangan untuk Taiwan sepenuhnya bersifat amfibi, di mana PLA tidak memiliki pengalaman atau tradisi apa pun. Lebih jauh lagi, ketika PLA memutuskan untuk melakukan ekspedisi, mereka harus melakukan pertempuran di masa depan di lokasi yang jauh dan belum diketahui.
Perang Konvensional di Era Modern
Sampai saat ini, kemampuan sebenarnya dari PLA belum dapat dinilai secara menyeluruh karena terbatasnya paparan militer China terhadap dunia luar.
tulis komentar anda