Pemimpin Kudeta Tuding Pasukan Prancis Ingin Kacaukan Niger
Kamis, 10 Agustus 2023 - 07:46 WIB
NIAMEY - Para pemimpin kudeta di Niger menuduh pasukan Prancis berupaya untuk mengacaukan negara itu dengan membebaskan teroris dan melanggar larangan wilayah udara. Prancis segera menolak tuduhan tersebut.
Dalam pidato video pada hari Rabu waktu setempat, juru bicara pemimpin kudeta, Kolonel Amadou Abdramane, mengklaim Prancis telah melepaskan 16 "elemen teroris" yang kemudian berkumpul untuk merencanakan serangan terhadap posisi militer Niger di daerah sepanjang perbatasan.
Dia mengklaim bahwa satu unit Garda Nasional diserang pada pukul 06:30 waktu setempat di Bourkou Bourkou, sekitar 30 kilometer dari tambang emas Samira di wilayah Tillaberi.
Abdramane juga mengklaim bahwa pesawat militer Prancis melanggar larangan wilayah udara negara itu.
“Kami menyaksikan rencana nyata destabilisasi negara kami, yang diatur oleh pasukan Prancis,” kata Abdramane tanpa memberikan bukti apa pun untuk klaim tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (10/8/2023).
Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis segera menolak tuduhan itu dan mengatakan pergerakan pesawatnya adalah bagian dari kesepakatan sebelumnya dengan pasukan Niger, lapor kantor berita Reuters.
Dikatakan pasukan Prancis yang ditempatkan di Niger berada di sana atas permintaan otoritas yang sah.
Prancis adalah bekas kekuatan kolonial, dan telah mempertahankan hubungan yang kuat dengan Niger, dengan antara 1.000 dan 1.500 tentara Prancis ditempatkan di negara tersebut. Namun para pemimpin kudeta telah mencabut lima perjanjian kerja sama militer dan menangguhkan siaran kantor berita internasional Prancis, France 24 dan RFI.
"Tidak ada serangan yang terjadi terhadap kamp Niger," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat pemerintah Prancis mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tidak ada teroris yang dibebaskan oleh pasukan Prancis.
Para ahli telah memperingatkan potensi kekosongan kekuasaan di Niger dapat dimanfaatkan oleh kelompok bersenjata.
Tentara dari pengawal presiden negara itu merebut kekuasaan dan menahan Presiden Mohammad Bazoum pada 26 Juli, memicu kecaman internasional dan ancaman serangan militer oleh negara-negara tetangga Afrika Barat. Para pemimpin kudeta menutup ruang udara Nigeria pada hari Minggu dan telah memperingatkan terhadap intervensi asing.
“Tillaberi adalah area di mana Anda melihat banyak aktivitas dari kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL,” kata Ahmed Idris dari Al Jazeera yang melaporkan dari Abuja, ibu kota Nigeria.
“Dan ini dikhawatirkan sejak hari pertama kudeta bahwa beberapa anggota kelompok bersenjata di kawasan itu dapat memanfaatkan apa yang terjadi,” kata Idris.
Dalam pidato video pada hari Rabu waktu setempat, juru bicara pemimpin kudeta, Kolonel Amadou Abdramane, mengklaim Prancis telah melepaskan 16 "elemen teroris" yang kemudian berkumpul untuk merencanakan serangan terhadap posisi militer Niger di daerah sepanjang perbatasan.
Dia mengklaim bahwa satu unit Garda Nasional diserang pada pukul 06:30 waktu setempat di Bourkou Bourkou, sekitar 30 kilometer dari tambang emas Samira di wilayah Tillaberi.
Abdramane juga mengklaim bahwa pesawat militer Prancis melanggar larangan wilayah udara negara itu.
“Kami menyaksikan rencana nyata destabilisasi negara kami, yang diatur oleh pasukan Prancis,” kata Abdramane tanpa memberikan bukti apa pun untuk klaim tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (10/8/2023).
Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis segera menolak tuduhan itu dan mengatakan pergerakan pesawatnya adalah bagian dari kesepakatan sebelumnya dengan pasukan Niger, lapor kantor berita Reuters.
Dikatakan pasukan Prancis yang ditempatkan di Niger berada di sana atas permintaan otoritas yang sah.
Prancis adalah bekas kekuatan kolonial, dan telah mempertahankan hubungan yang kuat dengan Niger, dengan antara 1.000 dan 1.500 tentara Prancis ditempatkan di negara tersebut. Namun para pemimpin kudeta telah mencabut lima perjanjian kerja sama militer dan menangguhkan siaran kantor berita internasional Prancis, France 24 dan RFI.
"Tidak ada serangan yang terjadi terhadap kamp Niger," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat pemerintah Prancis mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tidak ada teroris yang dibebaskan oleh pasukan Prancis.
Para ahli telah memperingatkan potensi kekosongan kekuasaan di Niger dapat dimanfaatkan oleh kelompok bersenjata.
Tentara dari pengawal presiden negara itu merebut kekuasaan dan menahan Presiden Mohammad Bazoum pada 26 Juli, memicu kecaman internasional dan ancaman serangan militer oleh negara-negara tetangga Afrika Barat. Para pemimpin kudeta menutup ruang udara Nigeria pada hari Minggu dan telah memperingatkan terhadap intervensi asing.
“Tillaberi adalah area di mana Anda melihat banyak aktivitas dari kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL,” kata Ahmed Idris dari Al Jazeera yang melaporkan dari Abuja, ibu kota Nigeria.
“Dan ini dikhawatirkan sejak hari pertama kudeta bahwa beberapa anggota kelompok bersenjata di kawasan itu dapat memanfaatkan apa yang terjadi,” kata Idris.
(ian)
tulis komentar anda