Rudal-rudal Rusia Kembali Gempur Ukraina, 10 Orang Terbunuh
Sabtu, 25 Maret 2023 - 10:34 WIB
KIEV - Rentetan serangan rudal Rusia kembali menghanttam wilayah Ukraina timur dan selatan pada Jumat malam. Para pejabat Kiev melaporkan 10 warga sipil tewas dan 20 lainnya terluka.
Lima orang tewas di Kostiantynivka, sebelah timur kota Bakhmut yang jadi medan tempur di provinsi Donetsk, ketika rudal anti-pesawat S-300 Rusia menghantam "point of invincibility"—sebuah stasiun bantuan tempat orang dapat menghangatkan dan mengisi daya ponsel mereka.
Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan para korban, di antaranya tiga wanita, semuanya adalah pengungsi.
Roket, rudal, dan peluru artileri juga menghujani wilayah Sumy semalam, merusak gedung perkantoran, gedung apartemen, dan sekolah.
Menurut para pejabat Ukraina, dua orang tewas dan sembilan lainnya luka-luka dalam serangan militer Rusia di kota Bilopillia.
Di Ukraina selatan, penembakan Rusia menewaskan satu orang di Kherson, yang hampir terus-menerus diserang sejak pembebasannya musim gugur lalu.
Serangan mematikan itu terjadi kurang dari 24 jam setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi kota yang terkepung itu.
Di Bakhmut, yang telah menjadi medan pertempuran paling berdarah, komandan pasukan darat Kiev mengatakan pada Kamis bahwa serangan Rusia tampaknya berkurang dan pasukan Ukraina siap untuk membalikkan keadaan segera.
Untuk saat ini, tentara Ukraina mempertahankan posisi mereka dan bertempur untuk mencegah musuh maju dari arah utara dan selatan.
Militer Ukraina bersiap untuk serangan balasan musim semi, yang diperkirakan melibatkan senjata modern Barat, termasuk tank Leopard 2 dan Abrams.
Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan yang juga mantan presiden Rusia, mengeklaim bahwa pasukan Moskow siap untuk menghalau serangan balik—dan dengan sinis mengisyaratkan bahwa setiap upaya untuk merebut semenanjung Crimea dari Rusia dapat menyebabkan perang nuklir.
“Upaya untuk memisahkan sebagian negara berarti melanggar batas keberadaan negara,” katanya.
“Jelas sekali, itu menjamin penggunaan senjata apa pun. Saya berharap 'teman-teman' kita di seberang lautan menyadari hal itu," ujarnya, seperti dikutip dari AP, Sabtu (25/3/2023).
Medvedev juga mengungkapkan bahwa Rusia sedang berupaya membuat zona penyangga demiliterisasi yang disebutnya "sanitary cordons" yang membentang hingga 60 mil di sekitar wilayah yang dikuasai Rusia untuk melindungi pasukannya dari senjata jarak pendek dan menengah Ukraina.
Menurutnya, jika zona penyangga seperti itu tidak dapat dibentuk, maka pasukan Rusia mungkin akan mendorong pasukan Kiev lebih jauh ke Ukraina dan merebut sebidang wilayah yang membentang ke perbatasan Polandia.
“Tidak ada yang bisa dikesampingkan di sini. Jika Anda perlu ke Kiev, maka Anda harus pergi ke Kiev, jika Anda harus pergi ke Lviv, lalu Anda harus pergi ke Lviv untuk menghancurkan infeksi ini,” kata pejabat garis keras Kremlin itu.
Lima orang tewas di Kostiantynivka, sebelah timur kota Bakhmut yang jadi medan tempur di provinsi Donetsk, ketika rudal anti-pesawat S-300 Rusia menghantam "point of invincibility"—sebuah stasiun bantuan tempat orang dapat menghangatkan dan mengisi daya ponsel mereka.
Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan para korban, di antaranya tiga wanita, semuanya adalah pengungsi.
Roket, rudal, dan peluru artileri juga menghujani wilayah Sumy semalam, merusak gedung perkantoran, gedung apartemen, dan sekolah.
Menurut para pejabat Ukraina, dua orang tewas dan sembilan lainnya luka-luka dalam serangan militer Rusia di kota Bilopillia.
Di Ukraina selatan, penembakan Rusia menewaskan satu orang di Kherson, yang hampir terus-menerus diserang sejak pembebasannya musim gugur lalu.
Serangan mematikan itu terjadi kurang dari 24 jam setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi kota yang terkepung itu.
Di Bakhmut, yang telah menjadi medan pertempuran paling berdarah, komandan pasukan darat Kiev mengatakan pada Kamis bahwa serangan Rusia tampaknya berkurang dan pasukan Ukraina siap untuk membalikkan keadaan segera.
Untuk saat ini, tentara Ukraina mempertahankan posisi mereka dan bertempur untuk mencegah musuh maju dari arah utara dan selatan.
Militer Ukraina bersiap untuk serangan balasan musim semi, yang diperkirakan melibatkan senjata modern Barat, termasuk tank Leopard 2 dan Abrams.
Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan yang juga mantan presiden Rusia, mengeklaim bahwa pasukan Moskow siap untuk menghalau serangan balik—dan dengan sinis mengisyaratkan bahwa setiap upaya untuk merebut semenanjung Crimea dari Rusia dapat menyebabkan perang nuklir.
“Upaya untuk memisahkan sebagian negara berarti melanggar batas keberadaan negara,” katanya.
“Jelas sekali, itu menjamin penggunaan senjata apa pun. Saya berharap 'teman-teman' kita di seberang lautan menyadari hal itu," ujarnya, seperti dikutip dari AP, Sabtu (25/3/2023).
Medvedev juga mengungkapkan bahwa Rusia sedang berupaya membuat zona penyangga demiliterisasi yang disebutnya "sanitary cordons" yang membentang hingga 60 mil di sekitar wilayah yang dikuasai Rusia untuk melindungi pasukannya dari senjata jarak pendek dan menengah Ukraina.
Menurutnya, jika zona penyangga seperti itu tidak dapat dibentuk, maka pasukan Rusia mungkin akan mendorong pasukan Kiev lebih jauh ke Ukraina dan merebut sebidang wilayah yang membentang ke perbatasan Polandia.
“Tidak ada yang bisa dikesampingkan di sini. Jika Anda perlu ke Kiev, maka Anda harus pergi ke Kiev, jika Anda harus pergi ke Lviv, lalu Anda harus pergi ke Lviv untuk menghancurkan infeksi ini,” kata pejabat garis keras Kremlin itu.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda