Usai Serangan Drone Korut, Presiden Yoon Akui Korea Selatan Kurang Kesiapan Militer
loading...
A
A
A
SEOUL - Postur kesiapan dan pelatihan militer Korea Selatan (Korsel) “sangat kurang,” sebagaimana dibuktikan oleh serbuan drone Korea Utara (Korut) baru-baru ini.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengakui hal itu selama rapat kabinet pada Selasa (27/12/2022).
“Seoul perlu meningkatkan kemampuannya setelah insiden Senin (26/12/2022),” ujar pemimpin Korea Selatan itu kepada para menteri pada Selasa, menurut Yonhap.
Dia mengklaim negaranya telah menyadari “bahaya dari kebijakan Korea Utara (Korut) yang mengandalkan niat baik dan perjanjian militer Korea Utara.”
Pada Senin, militer melaporkan sekitar lima drone Korea Utara terdeteksi di berbagai bagian Korea Selatan, termasuk di dekat Pulau Gyodong dan antara kota Gimpo dan Paju.
Satu pesawat ringan militer hilang selama respons tersebut. Serangan drone itu berlangsung selama tujuh jam, menurut media setempat.
Presiden Yoon berjanji mempercepat pembentukan unit drone, yang dimaksudkan untuk melakukan operasi pengintaian terhadap Korea Utara. “Itu akan dikerahkan sebanyak mungkin," janji dia.
“Kami akan memperkuat kemampuan pengawasan dan pengintaian kami dengan memperkenalkan drone siluman canggih,” papar Yoon.
Pekan lalu, Seoul mengumumkan akan melakukan sekitar 20 latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS) dalam enam bulan pertama tahun 2023.
“Negara-negara tersebut akan fokus pada penyusunan skenario pelatihan yang realistis sehubungan dengan kemajuan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara,” papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel.
Sebelumnya pada Desember, Pyongyang mengumumkan pengujian peralatan untuk satelit mata-mata selama peluncuran rudal balistik.
Korut merilis gambar kasar dari wilayah Korea Selatan, mungkin diambil selama percobaan. Tak hanya itu, Pyongyang mengklaim akan segera siap menempatkan satelit yang beroperasi penuh ke orbit.
Lihat Juga: Cuma Modal Berani, Ratusan Tentara Korea Utara Dibantai Ukraina saat Mencoba Bantu Pasukan Rusia
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengakui hal itu selama rapat kabinet pada Selasa (27/12/2022).
“Seoul perlu meningkatkan kemampuannya setelah insiden Senin (26/12/2022),” ujar pemimpin Korea Selatan itu kepada para menteri pada Selasa, menurut Yonhap.
Dia mengklaim negaranya telah menyadari “bahaya dari kebijakan Korea Utara (Korut) yang mengandalkan niat baik dan perjanjian militer Korea Utara.”
Pada Senin, militer melaporkan sekitar lima drone Korea Utara terdeteksi di berbagai bagian Korea Selatan, termasuk di dekat Pulau Gyodong dan antara kota Gimpo dan Paju.
Satu pesawat ringan militer hilang selama respons tersebut. Serangan drone itu berlangsung selama tujuh jam, menurut media setempat.
Presiden Yoon berjanji mempercepat pembentukan unit drone, yang dimaksudkan untuk melakukan operasi pengintaian terhadap Korea Utara. “Itu akan dikerahkan sebanyak mungkin," janji dia.
“Kami akan memperkuat kemampuan pengawasan dan pengintaian kami dengan memperkenalkan drone siluman canggih,” papar Yoon.
Pekan lalu, Seoul mengumumkan akan melakukan sekitar 20 latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS) dalam enam bulan pertama tahun 2023.
“Negara-negara tersebut akan fokus pada penyusunan skenario pelatihan yang realistis sehubungan dengan kemajuan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara,” papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel.
Sebelumnya pada Desember, Pyongyang mengumumkan pengujian peralatan untuk satelit mata-mata selama peluncuran rudal balistik.
Korut merilis gambar kasar dari wilayah Korea Selatan, mungkin diambil selama percobaan. Tak hanya itu, Pyongyang mengklaim akan segera siap menempatkan satelit yang beroperasi penuh ke orbit.
Lihat Juga: Cuma Modal Berani, Ratusan Tentara Korea Utara Dibantai Ukraina saat Mencoba Bantu Pasukan Rusia
(sya)