Reputasi Rusak Diduga Penyebab Wali Kota Seoul Bunuh Diri

Sabtu, 11 Juli 2020 - 06:30 WIB
loading...
Reputasi Rusak Diduga Penyebab Wali Kota Seoul Bunuh Diri
Jenazah Wali Kota Seoul saat dibawa petugas. Foto/Reuters
A A A
SEOUL - Kematian Wali Kota Seoul Park Won-soon yang diduga bunuh diri memicu kekhawatiran tentang tren bunuh di Korea Selatan (Korsel) . Mayatnya ditemukan di Gunung Bugak di utara Seoul, dekat tempat sinyal teleponnya terakhir terdeteksi pada Kamis (9/7/2020). Sebelumnya dia dilaporkan hilang oleh anak perempuannya di tengah penyelidikan dan laporan media atas dugaan pelecehan seksual.

Park merupakan politikus ternama yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebelumnya banyak ikon progresif perpolitikan Korsel yang juga bunuh diri seperti Presiden Roh Moo-hyun dan pemimpin-pemimpin Partai Keadilan Roh Heo-chan. Umumnya motivasi bunuh diri mereka karena reputasi politik yang hancur hingga depresi selama bertahun-tahun karena perundungan virtual (online bullying).

Korsel merupakan negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, yakni mencapai 26,6 per 100.000 orang pada 2018. Data Organization for Economic Cooperation and Development pada 2017 menunjukkan tingkat bunuh diri di Negeri Ginseng itu mencapai 23 per 100.000 orang. Tingkat bunuh diri di Korsel pun paling tinggi di antara negara maju lain. (Baca: Dolaporkan Hilang, Wali kota Seoul Ditemukan Meninggal)

Data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel menyatakan, pria di sana memiliki potensi dua kali bunuh diri dibandingkan perempuan. Usia rata-rata bunuh diri pun beragam. Rata-rata bunuh diri di kalangan pria Korsel pada 2018 mencapai 38,5 per 100.000 orang. Dari segi usia, mereka yang berusia di atas 80 tahun menunjukkan tingkat bunuh diri tertinggi, 69,8 per 100.000 orang. Tingkat bunuh di kalangan remaja berusia 20 tahun mencapai 17,6 per 100.000 dan bagi remaja berusia belasan tahun mencapai 5,8 orang per 100.000.

Secara umum, tingginya tingkat bunuh diri Korsel disebabkan karena faktor ekonomi. Menurut Yang Doo-seok, profesor di Universitas Gachon, budaya orang harus sukses berkontribusi besar terhadap tren bunuh diri. “Pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda menyebabkan tingkat bunuh diri juga tinggi,” kata Yang.

Selain itu, banyak anak muda semakin tidak menghargai kehidupan sehingga bunuh diri juga semakin banyak. “Apalagi banyak konten yang cenderung merusak di internet, Instagram dan YouTube,” imbuh Yang.

Kemudian, Mitch Prinstein, profesor psikologi dari University of North Carolina at Chapel Hill, bunuh diri tidak hanya dipicu oleh satu permasalahan. “Orang melakukan bunuh diri setelah periode yang lama. Mereka terjebak dalam depresi,” ungkapnya.

Dalam kasus bunuh diri Park memang mengejutkan. Dia sebelumnya secara terbuka menyatakan ambisinya untuk menjadi presiden pada Pemilu 2022 mendatang. Kematian itu juga terjadi menjelang pemilu sela yang akan dilaksanakan pada April 2021. “Bunuh diri Wali Kota Park akan menjadi perdebatan di Seoul,” pakar kajian internasional di Universitas Ewha Womans di Seoul, Leif-Eric Easley kepada DW.

Rakyat Korsel akan berdebat bagaimana mengatasi tuduhan personal dan kesehatan mental selama pandemi korona dan perubahan kepemimpinan saat ini. Easley mengungkapkan, pemilihan wali kota baru di Seoul setahun sebelum Pemilu Presiden 2022 menjadi referendum bagi manajemen partai berkuasa dalam mengelola ekonomi di saat pandemi. (Baca juga: Kasus Positif Melonjak, New Normal Pemerintah Dinilai Blunder)

“Sebelumnya, publik akan membandingkan kematian Park dan mantan presiden Roh Moo-hyun yang bunuh diri pada 2009 setelah tuduhan korupsi,” katanya,

Park meninggalkan catatan bunuh diri yang ditemukan di meja di kediamannya. Catatan itu bertanda tangan dan bertuliskan tangan. Dia mengucapkan terima kasih bagi orang yang bekerja bersama selama kariernya dan meminta maaf bagi keluarganya yang menyebabkan mereka "menderita".

Surat itu dirilis Pemerintah Kota Seoul atas izin keluarga Park kemarin pagi, setelah 12 jam jenazahnya ditemukan. "Saya meminta maaf kepada semua orang. Terima kasih bagi semua orang yang telah bersama saya sepanjang kehidupan saya," tulis Park, dilansir Reuters. "Saya meminta maaf kepada seluruh keluarga saya yang menderita dengan apa yang saya lakukan. Selamat jalan bagi kalian semua."

Terjebak Skandal Pelecehan Seksual

Sebelumnya polisi membenarkan bahwa seorang staf perempuan mengajukan klaim bahwa Park melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Tak lama kemudian, Park dilaporkan hilang. Namun, belum bisa dipastikan bahwa laporan ini menjadi salah satu faktor terkait kematiannya. Kantor berita Yonhap mengatakan, seorang mantan sekretaris Park mengajukan keluhan pada Rabu (8/7/2020) atas dugaan pelecehan seksual.

Park (64) tiga kali terpilih sebagai wali kota Seoul, dan dianggap sebagai salah satu calon presiden dari Partai Liberal Demokrat pimpinan Presiden Moon Jae-in. Dia tidak muncul untuk bekerja pada Kamis (2/7/2020), membatalkan pertemuan dengan seorang pejabat presiden di Balai Kota Seoul, ujar Kim Ji-hyeong, seorang pejabat dari Pemerintah Metropolitan Seoul. (Baca juga: Korut Tutup Pintu Perundingan dengan AS)

Petugas polisi, Lee Byeong-seok, mengatakan kepada wartawan bahwa Park terlihat oleh kamera keamanan pada pukul 10:53 waktu setempat di dekat pintu masuk ke area hutan di mana sinyal teleponnya terakhir terdeteksi. Polisi menemukan mayatnya setelah pencarian selama berjam-jam oleh 600 polisi dan petugas pemadam kebakaran menggunakan drone dan anjing di salah satu pegunungan Seoul, hanya beberapa menit dari pusat Kota Seoul yang ditinggali hampir 10 juta orang.

Sekitar tiga jam kemudian, tubuhnya dibawa keluar dari hutan oleh petugas forensik. Media dan kerumunan warga kemudian berkumpul di luar Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul pada Kamis malam di tengah laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Park telah ditemukan dan dibawa ke sana.

Polisi mengonfirmasi tidak ada indikasi pembunuhan dalam kasus kematian Park. Namun, mereka tetap akan melaksanakan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian tersebut. Yonhap melaporkan, penyelidikan akan dilaksanakan sesuai dengan prosedur kasus bunuh diri.

Park terpilih sebagai wali kota Seoul pada 2011 dan terpilih untuk masa jabatan ketiga dan terakhir pada Juni tahun lalu. Sebagai anggota Partai Liberal Demokrat yang dipimpin oleh Presiden Moon Jae-in, Park dilaporkan sedang dipertimbangkan sebagai calon presiden potensial untuk pemilihan 2022.

Dengan terpilihnya kembali tahun lalu, Park menjadi wali kota pertama di Korea Selatan yang memimpin selama tiga periode. Di masa mudanya dia merupakan aktivis sipil dan pengacara hak asasi manusia, sekaligus pengkritik ketimpangan sosial dan korupsi di Korea Selatan. Sebagai seorang pengacara, ia berjasa dalam mengamankan hukuman pelecehan seksual pertama negara itu. Dia berseteru dengan Presiden Park Geun-hye, secara terbuka mendukung jutaan orang yang memprotesnya pada 2017 sebelum dia akhirnya didakwa dan dipenjara karena suap dan tuduhan lain. (Baca juga: Turunkan Ketegangan, Korut Batalkan Latihan perang di Perbatasan)

Cegah Bunuh Diri Jadi Program Nasional

Pemerintah Korsel meluncurkan rencana aksi antarkementerian untuk menurunkan tingkat bunuh menjadi 17 per 100.000 orang. Itu menjadi program yang diinisiasi Kementerian Kesejahteraan dan Kesehatan, bekerja sama dengan Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata, serta Badan Pengelola Hutan. Program itu bernama Program Perencanaan Bunuh Diri Nasional yang telah mengumpulkan berbagai pendapat dari pejabat pemerintahan dan para pakar.

Pemerintah Korsel memetakan jaringan kelompok yang berisiko tinggi bunuh diri. Mereka membentuk jaringan kesejahteraan lokal dan sistem pendukung keselamatan bagi mereka yang rentan bunuh diri. Pemerintah juga menyediakan pelayanan khusus bagi warganya yang memiliki keinginan bunuh diri.

Program lain yang digelar Pemerintah Korsel adalah #FailBetter. Itu mengampanyekan agar anak muda tidak boleh takut gagal dalam kuliah, sekolah, pekerjaan, dan berbagai bidang. Itu dikarenakan Korsel merupakan negara dengan tingkat produktivitas tinggi serta kompetisi yang ketat. (Lihat videonya: Kapal Tak Bisa Sandar, Sapi Dilempar ke Laut)

Yun Tae-woong, deputi direktur pada Kementerian Dalam Negeri Korsel, mengungkapkan pemerintah membuat program jangan takut gagal untuk mencegah anak muda tidak berpikir bunuh diri. "Masyarakat membutuhkan banyak terapi dan pengobatan," katanya. (Andika H mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1505 seconds (0.1#10.140)