China, Negara Mengaku Komunis tapi Sistem Kapitalis

Sabtu, 22 Januari 2022 - 05:30 WIB
loading...
A A A
“Itu tidak akan mengatakan bahwa itu adalah perilaku kapitalis, tetapi manifestasi dari sosialisme dengan karakteristik China. Anda mungkin mengatakan bahwa itu sedikit tidak jujur. Tapi menjadi tidak jujur tidak pernah mengganggu PKC,” kata Parton, yang juga mantan Penasihat Pertama Uni Eropa di China, kepada TRT World,yang dikutip Jumat (21/1/2022).

“Kemampuan untuk menyimpan kontradiksi dalam pikiran tanpa ketidaknyamanan adalah sesuatu yang sulit bagi Barat, yang telah dibesarkan di sekolah logika Aristoteles. Orang China merasa tidak terlalu tertekan,” kata mantan diplomat top itu.

Tidak seperti orang Rusia, yang kehidupan agama dan budayanya tampaknya memiliki berbagai kesamaan dengan Eropa, orang China merasa kurang terikat dengan filsafat Yunani.

"Tetapi bagi PKC, ini adalah terobosan baru dalam mengadaptasi Marxisme ke dalam konteks China," ujarnya.

Di masa lalu, Soviet atau negara dan gerakan komunis lainnya hampir selalu bangga memiliki komunisme universal, yang dapat berlaku untuk semua orang di setiap negara, mengeklaim bahwa universalisme menandakan kemenangan akhir Marxisme di seluruh dunia.

Akibatnya, Soviet, yang menguasai tidak hanya sebagian besar orang berbahasa Rusia tetapi juga berbagai orang yang tidak berbahasa Rusia seperti negara-negara "Central Asian Turkic", tidak pernah mengeklaim memiliki sosialisme seperti itu dengan karakteristik Rusia.

Itu mungkin juga sebagian menjelaskan mengapa sistem Soviet runtuh di hadapan kapitalisme modern dan sosialisme China bertahan.

Juga, ada satu perbedaan yang signifikan antara dua eksperimen komunis. Pada akhir 1980-an, ketika Tembok Berlin runtuh, para pemimpin Soviet berpikir bahwa mereka perlu mengubah tidak hanya struktur ekonomi tetapi juga sistem politik, dengan membubarkan Partai Komunis yang berkuasa.

Tetapi orang Tionghoa berpikir secara berbeda, percaya bahwa PKC baik, tetapi sistem ekonomi perlu diubah. Akibatnya, mereka mengintegrasikan unsur-unsur kapitalis ke dalam ekonomi politik untuk beradaptasi dengan realitas baru tahun 1990-an.

“China mempercepat proses pembangunannya yang menakjubkan selama 50 tahun terakhir dengan kadang-kadang mendefinisikan sistem pemerintahannya sebagai 'sosialisme dengan karakteristik China', yang merupakan cara kode untuk mengekspresikan partisipasinya di dalam negeri dan internasional dalam ekonomi dunia kapitalis yang dipandu oleh perspektif yang biasanya digambarkan sebagai 'globalisasi neoliberal',” kata Richard Falk, pakar hubungan internasional terkemuka.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1364 seconds (0.1#10.140)