Pernah Seteru soal Khashoggi, Erdogan Hendak Kunjungi Arab Saudi
loading...
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia akan melakukan kunjungan ke Arab Saudi bulan depan. Hubungan kedua negara pernah memburuk ketika pemimpin Turki itu terus mengusik kasus pembunuhan jurnalis pengkritik kerajaan, Jamal Khashoggi, tahun 2018 lalu.
Jika kunjungan Erdogan terealisasi, itu akan menjadi lawatan pertamanya sejak pembunuhan jurnalis tersebut.
Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Para pelakunya adalah para "agen nakal" kerajaan.
“Mereka mengharapkan saya pada bulan Februari. Saya akan berkunjung ke Arab Saudi pada Februari,” kata Erdogan dalam sebuah video yang di-posting di media sosial, hari Senin, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (4/1/2022).
Komentar pemimpin Turki itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang masalah eksportir Turki dan Arab Saudi di sela-sela acara perdagangan di Istanbul.
Khashoggi (59) adalah seorang jurnalis pembangkang Arab Saudi yang menulis kolom untuk The Washington Post dan pergi ke konsulat untuk mendapatkan dokumen pernikahannya dengan tunangannya asal Turki; Hatice Cengiz.
Pembunuhannya telah mencoreng reputasi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman meskipun dia menyangkal keras tuduhan keterlibatannya dalam kasus itu.
Jenazah Khashoggi tidak pernah ditemukan, dan Erdogan pada saat itu menyalahkan pejabat senior Arab Saudi meskipun dia tidak pernah menyebut Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pembunuhan itu menjadi berita utama di seluruh dunia dan pengadilan terhadap beberapa terdakwa asal Saudi saat ini sedang berlangsung di Turki.
Pada tahun-tahun berikutnya, Arab Saudi berusaha secara informal menekan ekonomi Turki, yang telah mengalami krisis mata uang pada 2018.
Ada seruan bagi warga Saudi untuk menghindari kunjungan ke Turki dan membeli properti di sana, sementara eksportir Turki mengeluhkan penundaan di bea cukai Saudi pada tahun 2020.
Hubungan antara kedua negara juga telah tegang oleh konflik lain di kawasan itu, termasuk perang di Suriah dan Libya.
Selain itu, Riyadh, bersama dengan beberapa negara lain di kawasan itu, telah berulang kali menuduh Turki mendukung kelompok “teroris”.
Tetapi Turki telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan saingan regional termasuk Mesir dan Arab Saudi dalam dua tahun terakhir.
Mei lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berada di Arab Saudi untuk pertama kalinya sejak pembunuhan Khashoggi, menandakan berakhirnya "konflik dingin" diplomatik yang panjang antara kedua negara. Kedua belah pihak pada saat itu mengumumkan bahwa mereka berharap untuk memperbaiki hubungan.
Kunjungan yang direncanakan ke Arab Saudi datang pada saat yang kritis bagi Turki, yang menderita krisis mata uang akibat kebijakan ekonomi Erdogan yang tidak konvensional.
Jika kunjungan Erdogan terealisasi, itu akan menjadi lawatan pertamanya sejak pembunuhan jurnalis tersebut.
Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Para pelakunya adalah para "agen nakal" kerajaan.
“Mereka mengharapkan saya pada bulan Februari. Saya akan berkunjung ke Arab Saudi pada Februari,” kata Erdogan dalam sebuah video yang di-posting di media sosial, hari Senin, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (4/1/2022).
Komentar pemimpin Turki itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang masalah eksportir Turki dan Arab Saudi di sela-sela acara perdagangan di Istanbul.
Khashoggi (59) adalah seorang jurnalis pembangkang Arab Saudi yang menulis kolom untuk The Washington Post dan pergi ke konsulat untuk mendapatkan dokumen pernikahannya dengan tunangannya asal Turki; Hatice Cengiz.
Pembunuhannya telah mencoreng reputasi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman meskipun dia menyangkal keras tuduhan keterlibatannya dalam kasus itu.
Jenazah Khashoggi tidak pernah ditemukan, dan Erdogan pada saat itu menyalahkan pejabat senior Arab Saudi meskipun dia tidak pernah menyebut Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pembunuhan itu menjadi berita utama di seluruh dunia dan pengadilan terhadap beberapa terdakwa asal Saudi saat ini sedang berlangsung di Turki.
Pada tahun-tahun berikutnya, Arab Saudi berusaha secara informal menekan ekonomi Turki, yang telah mengalami krisis mata uang pada 2018.
Ada seruan bagi warga Saudi untuk menghindari kunjungan ke Turki dan membeli properti di sana, sementara eksportir Turki mengeluhkan penundaan di bea cukai Saudi pada tahun 2020.
Hubungan antara kedua negara juga telah tegang oleh konflik lain di kawasan itu, termasuk perang di Suriah dan Libya.
Selain itu, Riyadh, bersama dengan beberapa negara lain di kawasan itu, telah berulang kali menuduh Turki mendukung kelompok “teroris”.
Tetapi Turki telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan saingan regional termasuk Mesir dan Arab Saudi dalam dua tahun terakhir.
Mei lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berada di Arab Saudi untuk pertama kalinya sejak pembunuhan Khashoggi, menandakan berakhirnya "konflik dingin" diplomatik yang panjang antara kedua negara. Kedua belah pihak pada saat itu mengumumkan bahwa mereka berharap untuk memperbaiki hubungan.
Kunjungan yang direncanakan ke Arab Saudi datang pada saat yang kritis bagi Turki, yang menderita krisis mata uang akibat kebijakan ekonomi Erdogan yang tidak konvensional.
(min)