Teken Kontrak dengan Setan dan Tumbalkan 2 Perempuan, Remaja Inggris Dibui 35 Tahun

Jum'at, 29 Oktober 2021 - 17:55 WIB
loading...
Teken Kontrak dengan Setan dan Tumbalkan 2 Perempuan, Remaja Inggris Dibui 35 Tahun
Danyal Hussein (19) tega membunuh dua perempuan bersaudara Bibaa Henry (46) dan Nicole Smallman (27) untuk dijadikan tumbal perjanjian dengan setan agar bisa menang lotere. Foto/Kolase/Sindonews
A A A
LONDON - Seorang remaja asal Inggris divonis penjara minimum 35 tahun karena telah membunuh dua perempuan setelah menandatangani kontrak dengan setan . Para korban dijadikan tumbal untuk imbalan memenangkan jackpot lotere Mega Millions.

"Menghukum Danyal Hussein (19) untuk jangka waktu minimum 35 tahun," kata hakim Justice Whipple yang mengatakan motivasi remaja itu "aneh."

"Anda merencanakan serangan keji ini, Anda bermaksud membunuh, Anda melakukannya demi uang dan mengejar kekuasaan yang salah arah," ujarnya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (29/10/2021).

Hussein dihukum pada bulan Juli karena membunuh Nicole Smallman (27) seorang pekerja industri perhotelan, dan saudara perempuannya Bibaa Henry (46) seorang pekerja sosial di Fryent Country Park di barat laut London pada dini hari tanggal 6 Juni tahun lalu.

"Anda bertemu dengan dua wanita ini. Anda adalah orang asing bagi mereka. Anda mengejutkan mereka. Anda membuat mereka takut. Anda membunuh mereka," ujar Hakim.

Hussein menolak untuk berhubungan dengan psikiater, Dr Ian Cumming, tetapi pengadilan mendapatkan fakta tidak ada bukti bahwa dia sakit jiwa, meskipun dia memang memiliki gangguan spektrum autistik.

Sebelumnya, Hakim mengatakan tentang kontrak remaja asal Blackheath, London selatan itu dengan setan.



"Meskipun itu mungkin aneh sebagai sistem kepercayaan...itu tidak dengan sendirinya membuktikan bahwa dia gila...itu hanya cara dia berpikir," tegasnya.

Ketika polisi menggeledah kamar tidur Hussein, mereka menemukan kontrak tulisan tangan dengan setan bernama Lucifuge Rofocale.

Hussein, yang menandatangani "perjanjian" dengan darahnya sendiri, menulis: "Untuk Raja Perkasa Lucifuge Rofocale: Lakukan minimal enam pengorbanan setiap enam bulan selama saya bebas dan mampu secara fisik".

"Hanya korbankan wanita, bangun kuil untukmu, lakukan semua yang telah aku janjikan," bunyi sambungan dari tulisan itu.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Hussein menulis bahwa dia berharap untuk memenangkan Mega Millions Super Jackpot dan tidak pernah dicurigai melakukan kejahatan apa pun oleh polisi.

Jaksa Oliver Glasgow QC, dalam pidato penutupnya, mengatakan kepada juri: “Mengingat bobot bukti yang memberatkannya, hanya seseorang yang benar-benar percaya bahwa kesepakatan dengan iblis akan berhasil yang dapat menolak untuk menerima aspek apa pun dari kasus yang melawannya”.

“Mungkin dia masih percaya bahwa Lucifuge Rofocale akan membantunya, tapi sayangnya untuk terdakwa, tidak ada kesepakatan yang bisa didapat di pengadilan ini dan iblis (jika dia ada di mana pun) ada di detailnya”, tambahnya.

Hussein, yang tidak memberikan bukti, mengklaim bahwa dia bukan orang yang mengetuk pintu rumah ayahnya dan diizinkan masuk. Ia juga mengklaim bahwa bukan dia yang membeli satu set pisau di supermarket beberapa hari sebelum pembunuhan.

"Dannyal Hussein adalah individu yang berbahaya, arogan, dan kejam yang sejak awal tidak menunjukkan penyesalan atau menerima semua tindakannya," ucap Inspektur Detektif Maria Green.



Selama persidangan, Hussein, yang muncul dari tautan video dari penjara Belmarsh, duduk menyamping di kursinya dan menatap ke luar jendela. Namun tindakannya itu justru dicela oleh orang tua korban yang menganggapnya sebagai sebuah perjunjukkan untuk mendapatkan simpati.

"Itu adalah pertunjukan yang dirancang untuk mendapatkan simpati atau untuk mendorong keyakinan bahwa ada sesuatu yang salah dengannya. Tidak ada yang salah dengannya. Dia hanya seorang manusia yang menyebalkan," ujar ibu dari Bibaa dan Nicole, Mina Smallman.

Pembunuhan terjadi selama lockdown periode pertama dan, dengan pub serta restoran tutup, Bibaa dan saudaranya memilih untuk merayakan ulang tahun Bibaa di taman dengan sekitar 10 teman.

Mereka secara brutal ditikam sampai mati pada dini hari tanggal 6 Juni 2020 setelah teman-teman mereka pergi dan pasangan itu menari serta bermain dengan lampu dalam kegelapan.

Pembunuh menyembunyikan kedua mayat di semak-semak dan tertangkap kamera CCTV tetangga kembali ke rumah ayahnya sekitar pukul 4 pagi.

Awal pekan ini, sebuah laporan oleh Kantor Independen untuk Perilaku Polisi menemukan bahwa tingkat layanan yang diberikan polisi selama akhir pekan saat kedua korban dilaporkan hilang di bawah standar yang seharusnya, tetapi mengesampingkan bias rasial atau pelanggaran yang sebenarnya.

Komisaris Polisi Metropolitan, yang sudah berada di bawah tekanan untuk mengundurkan diri menyusul tuduhan membunuh petugas polisi Wayne Couzens, telah mencoba untuk meminta maaf kepada pihak keluarga.

"Cara kami menanggapi informasi bahwa Nicole dan Bibaa hilang akhir pekan itu di bawah standar yang seharusnya kami capai dan menambah penderitaan yang dirasakan oleh orang yang mereka cintai," ujar Cressida Dick.

"Kami telah menghubungi keluarga untuk menanyakan apakah mereka akan mengizinkan saya atau, jika mereka lebih suka, petugas senior lain untuk mengunjungi mereka pada waktu yang tepat untuk meminta maaf secara langsung," imbuhnya.

Namun ibu Nicole dan Bibaa, Mina Smallman, menolak permintaan maaf tersebut.



"Maaf adalah sesuatu yang Anda katakan ketika Anda memahami kesalahan yang Anda lakukan dan bertanggung jawab penuh untuk itu, menunjukkan bahwa dengan mengambil tindakan yang tepat dan proporsional, yang menurut pikiran kita tidak akan terjadi," ujarnya.

“Penyelidikan tidak ditangani dengan baik. Permintaan maaf seharusnya dilakukan secara tatap muka dan tidak hampir 10 bulan kemudian," tambah Smallman.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)