Choke Point Selat Malaka, Perairan Paling Sibuk dan Rawan di Asia

Rabu, 15 September 2021 - 06:40 WIB
loading...
Choke Point Selat Malaka, Perairan Paling Sibuk dan Rawan di Asia
Choke Point Selat Malaka, Perairan Paling Sibuk dan Rawan di Asia.
A A A
JAKARTA - Selat Malaka adalah jalur air sempit sepanjang 930 km yang terbentang antara Semenanjung Malaysia dan pulau Sumatera di Indonesia. Sebagai jalur pelayaran utama antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, choke point Selat Malaka adalah salah satu jalur pelayaran terpenting, namun juga rawan. Bukan hanya untuk ukuran Asia, tapi juga di dunia.

Dinamai setelah Kesultanan Malaka berkuasa, yang juga memerintah kepulauan itu antara tahun 1400 dan 1511, pusat administrasinya terletak di negara bagian Malaka, Malaysia. Dari segi ekonomi dan strategis, Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia.



Melansir dari sejumlah sumber, Selat Malaka menghubungkan ekonomi utama Asia, seperti India, Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Pada tahun 2007, diperkirakan 13,7 juta barel minyak per hari diangkut melalui selat itu, yang kemudian meningkat menjadi sekitar 15,2 juta barel per hari pada tahun 2011.

Selain itu, ini juga merupakan salah satu choke point pengiriman paling padat dan sempit di dunia. Karena selat itu akan menyempit menjadi hanya 2,8 km di Phillip Channel, dekat dengan wilayah selatan Singapura.



Wilayah ini juga merupakan salah satu wilayah paling rawan di dunia, karena kerap terjadi pembajakan. Insiden pembajakan di Selat Malaka telah lama menjadi ancaman bagi pemilik kapal dan pelaut yang melintasi jalur laut ini. Dalam beberapa tahun terakhir, patroli terkoordinasi oleh Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura, bersamaan dengan peningkatan keamanan di kapal, telah memicu penurunan tajam aksi pembajakan.

Geografi Selat Malaka memang membuat wilayah ini sangat rentan terhadap pembajakan. Perairan sempit itu berisi ribuan pulau kecil, dan merupakan outlet bagi banyak sungai, sehingga ideal bagi bajak laut untuk menghindari penangkapan.



Biro Maritim Internasional (IMB) melaporkan, serangan bajak laut di seluruh dunia turun untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2006. Serangan terhadap kapal di laut pada tahun 2006 turun menjadi 239 kapal, turun dari 276 pada tahun 2005. Tren yang sama terjadi di Selat Malaka, di mana serangan turun dari 79 pada tahun 2005 menjadi 50 pada tahun 2006.

Pada tahun 2004, wilayah ini menyumbang 40% dari pembajakan di seluruh dunia. IMB melaporkan, pada bulan Oktober 2007 Indonesia terus menjadi wilayah yang paling banyak diserang bajak laut di dunia.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1831 seconds (0.1#10.140)