'Choke Point’ di Dunia, Tiga Ada di Indonesia

Rabu, 01 September 2021 - 15:55 WIB
loading...
Choke Point’ di Dunia,...
Choke point adalah jalur sempit yang strategis yang menghubungkan dua area yang lebih besar satu sama lain. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Choke point adalah jalur sempit yang strategis yang menghubungkan dua area yang lebih besar satu sama lain. Dalam hal perdagangan maritim , ini biasanya selat atau kanal yang memiliki volume lalu lintas tinggi karena lokasinya yang optimal.

Seperti dilansir dari visualcapitalist, terlepas dari kemudahannya, poin-poin penting ini menimbulkan beberapa risiko. Pertama adalah risiko struktural, seperti yang ditunjukkan dalam penyumbatan Terusan Suez baru-baru ini, kapal dapat menabrak di sepanjang pantai kanal jika jalurnya terlalu sempit, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat berlangsung selama berhari-hari.

Kedua adalah risiko geopolitik, Karena lalu lintasnya yang tinggi, titik tersedak sangat rentan terhadap blokade atau gangguan yang disengaja selama masa kerusuhan politik. Jenis dan tingkat risikonya berbeda-beda, tergantung lokasi.

Di kawasan Timur Tengah, seperti dilansirforeignpolicy.com choke poin paing dikenal adalah Selat Hormuz , yang merupakan titik tekanan paling sensitif di dunia menghubungkan Teluk Oman dengan Teluk Persia. Iran dan Uni Emirat Arab berada di depan selat, yang lebarnya 21 mil pada titik tersempitnya.

Sebanyak 17 juta barel minyak melewati selat ini setiap hari, sebagian besar ditujukan ke Amerika Serikat (AS), Eropa Barat, dan Jepang.Konflik di kawasan Timur Tengah membuat situasi keamanan di Selat Hormutz sangat rawan, mulai dari ancaman teroris, hingga konflik antara negara di kawasan.

Sebuah serangan atau insiden yang bisa berdampak penyumbatan selat, bahkan untuk jangka waktu pendek dapat mendatangkan malapetaka di pasar minyak global.

Di kawasan Asia, salah satu yang paling terkenal dan penting adalah Selat Malaka, sebuah elat yang sangat sempit menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik antara Malaysia bagian barat dan Pulau Sumatera di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Asia telah menjadikan Selat Malaka sebagai salah satu jalur pelayaran paling kritis di dunia. Lebih dari 50 ribu kapal kargo melewati perairan ini setiap tahun dan mencakup lebih dari 20 persen perdagangan maritim dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, perompak telah berpesta dengan pelayaran di sekitar selat. Jumlah serangan meningkat dari 25 pada tahun 1994 menjadi 150 pada tahun 2003. Angkatan Laut AS telah memimpin upaya untuk menindak pembajakan, tetapi ruang yang luas dan pantai yang sering diatur dengan lemah membuatnya menjadi tugas yang hampir mustahil. Dan bajak laut bukan satu-satunya bahaya.

Para ahli khawatir teroris mungkin dengan sengaja meledakkan sebuah kapal tanker minyak di salah satu selat yang banyak pelabuhannya, membuat pengiriman terhenti.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2177 seconds (0.1#10.140)