SIPRI: 2.000 Senjata Nuklir Dunia dalam Siaga Tinggi

Senin, 14 Juni 2021 - 15:39 WIB
loading...
SIPRI: 2.000 Senjata...
Sebuah bom nuklir Amerika Serikat saat diuji coba di Enewetak Atoll, 30 Mei 1956. Foto/Stringer/REUTERS
A A A
STOCKHOLM - Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan sekitar 2.000 senjata nuklir berbagai negara di dunia saat ini dalam siaga tinggi. Negara-negara yang menyiagakan senjata berbahaya itu antara lain Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

SIPRI telah memperingatkan agar tidak terjadi lagi perlombaan senjata antara negara-negara kekuatan nuklir, tetapi pada saat yang sama mengakui bahwa situasinya tidak seserius dulu selama Perang Dingin.



Dalam laporan baru yang diterbitkan hari Senin (14/6/2021), lembaga itu mengatakan jumlah senjata nuklir yang dikerahkan di unit operasional telah meningkat.

Laporan itu menyatakan sejak akhir Perang Dingin, persenjataan nuklir dunia telah menyusut.

"Ini adalah tren baru yang signifikan, yang harus dilihat semua negara sebagai peringatan: kita harus benar-benar berhati-hati untuk kembali ke semacam perlombaan senjata antara kekuatan nuklir," kata peneliti SIPRI, Hans Kristensen, kepada SVT.

Antara tahun 2020 hingga 2021, jumlah hulu ledak dalam persediaan nuklir militer meningkat sekitar 300 unit. Ini adalah senjata nuklir yang dikerahkan di unit operasional dan di depot militer.

"Saat ini, sekitar 2.000 senjata nuklir di seluruh dunia dalam siaga tinggi, sebagian besar adalah persenjataan Rusia dan Amerika," bunyi laporan SIPRI.

AS dan Rusia terus mengurangi persediaan senjata nuklir mereka secara keseluruhan dengan membongkar hulu ledak yang sudah pensiun pada tahun 2020. Namun, menurut SIPRI, keduanya diperkirakan memiliki sekitar 50 hulu ledak nuklir lagi dalam penyebaran operasional pada awal tahun 2021.

Peningkatan tersebut terjadi terutama melalui penyebaran rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis darat dan rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM).

Lebih lanjut, laporan SIPRI menyebutkan bahwa tujuh negara pemilik senjata nuklir lainnya juga sedang mengembangkan atau menyebarkan sistem senjata baru atau telah mengumumkan rencana untuk melakukannya.

Misalnya, Inggris meninjau kebijakan keamanannya pada Maret 2021, dan membalikkan kebijakan sebelumnya untuk mengurangi persenjataan nuklir negara itu. Inggris malah menaikkan plafon yang direncanakan untuk senjata nuklir dari 180 unit menjadi maksimum 260 unit.

China berada di tengah-tengah modernisasi yang signifikan dan perluasan persediaan senjata nuklirnya. India dan Pakistan juga terindikasi memperluas persenjataan nuklir mereka.



Korea Utara dilaporkan akan melanjutkan pengembangan program nuklir militernya meskipun ada dua pertemuan bersejarah perlucutan senjata dengan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump.

Oleh karena itu, kata para pakar SIPRI, kemungkinan suatu negara menggunakan senjata nuklir dalam perang telah meningkat.

“Semua ini menunjukkan bahwa jalan sedang dibuka untuk potensi penggunaan senjata nuklir. Kami percaya bahwa risikonya, kemungkinannya meningkat. Kami melihat bahwa negara-negara tidak hanya memperluas persenjataan senjata mereka, tetapi ketika mereka memodernisasi kekuatan mereka, mereka juga menempatkan penekanan yang lebih besar pada senjata nuklir dalam strategi militer mereka," kata Kristensen.

Pada saat yang sama, Kristensen menekankan bahwa situasinya tidak tegang seperti saat Perang Dingin.

Keseluruhan persenjataan dari sembilan negara pemilik senjata nuklir (AS, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara) diperkirakan pada awal tahun 2021 berjumlah 13.080 hulu ledak, turun dari 13.400 unit di awal tahun 2020. Penurunan ini karena senjata nuklir lama telah dibongkar.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Rakyat Swiss Minta Pembelian...
Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya
Jerman Tak Siap Hadapi...
Jerman Tak Siap Hadapi Perang Dunia III Melawan Rusia, Ini Sebabnya
White Paper Baru China...
White Paper Baru China Hindari Kata Tibet, Diganti dengan Xizang
Mahasiswa Indonesia...
Mahasiswa Indonesia Ditahan AS, Jadi Korban Kebijakan Imigrasi Trump
Jenderal AS Ini Sudah...
Jenderal AS Ini Sudah Tak Sabar Ingin Mengebom Iran, tapi...
Dulu Menentang, Sekarang...
Dulu Menentang, Sekarang Arab Saudi Dukung Kesepakatan Nuklir Iran-AS, Mengapa?
Media AS Sebut Kyiv...
Media AS Sebut Kyiv sebagai Wilayah Rusia, Ukraina Marah
Menhan AS Diduga Bagikan...
Menhan AS Diduga Bagikan Rincian Serangan Militer di Grup Chat Berisi Istri dan Saudaranya
Riwayat Penyakit Paus...
Riwayat Penyakit Paus Fransiskus hingga Wafat
Rekomendasi
Tenny Tap Ungkap Fakta...
Tenny Tap Ungkap Fakta Kelam Seorang Bangsawan Elizabeth Bathory
10 Ucapan Hari Kartini...
10 Ucapan Hari Kartini untuk Acara Sekolah, Penuh Makna
Aliran Dana Korupsi...
Aliran Dana Korupsi hingga Judi 2024 Capai Rp1.459 Triliun, Sahroni: Balikin Duitnya Semaksimal Mungkin!
Berita Terkini
Siapa Saja Calon Paus...
Siapa Saja Calon Paus Berikutnya dan Bagaimana Proses Seleksinya?
39 menit yang lalu
Profil dan Biodata Paus...
Profil dan Biodata Paus Fransiskus, Pembawa Perubahan dan Keterbukaan Gereja Katolik
1 jam yang lalu
Rakyat Swiss Minta Pembelian...
Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya
1 jam yang lalu
BREAKING NEWS! Paus...
BREAKING NEWS! Paus Fransiskus Meninggal Dunia
1 jam yang lalu
Kasus Pencucian Uang...
Kasus Pencucian Uang Rp285,9 T, Hukuman Bui Seumur Hidup Miliarder Truong My Lan Dipangkas Jadi 30 Tahun
2 jam yang lalu
5 Fakta Israel Halangi...
5 Fakta Israel Halangi Jemaah Kristen Palestina Rayakan Paskah
2 jam yang lalu
Infografis
Putin Umumkan Gencatan...
Putin Umumkan Gencatan Senjata Sepihak selama 30 Jam
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved