Penarikan Pasukan Adalah 'Kekalahan Strategis' AS di Afghanistan

Minggu, 09 Mei 2021 - 23:00 WIB
loading...
Penarikan Pasukan Adalah...
Ilustrasi
A A A
KABUL - Amerika Serikat (AS) secara resmi memulai penarikan terakhir pasukannya dari Afghanistan pada tanggal simbolis, 1 Mei silam. Penarikan dilakukan setelah dua dekade "darah dan harta karun". Ini juga, menurut para ahli adalah "kekalahan strategis" AS di negara itu.

Setelah 20 tahun pertumpahan darah, kematian lebih dari 2.300 prajurit AS dan pengeluaran anggaran militer yang sangat besar - sekitar USD 2 triliun - Presiden AS, Joe Biden pada akhirnya memutuskan pada pertengahan April untuk menghentikan perang yang tampaknya tak berujung tersebut.



Pemimpin AS itu berjanji untuk menyelesaikan penarikan pasukan pada tanggal yang penuh arti bagi orang Amerika - peringatan 20 tahun serangan 9/11, yang memicu Perang Melawan Teror yang diumumkan oleh mantan Presiden George W. Bush.

Raghav Sharma, seorang profesor dan direktur Pusat Studi Afghanistan di Universitas Global O. P. Jindal menuturkan, penarikan pasukan AS dari Afghanistan bisa disebut sebagai "kekalahan strategis".

"Dengan AS telah mengumumkan jadwal pasti untuk menarik pasukan pada 11 September 2021, Taliban memiliki sedikit insentif untuk terlibat dalam negosiasi serius atau berarti dengan pemerintah yang dipandang lemah baik secara militer maupun dalam hal politiknya. legitimasi," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.



Menurut Sharma, perpecahan dalam barisan elit politik di Kabul hanya memperburuk keadaan. "Taliban, sebaliknya, telah berhasil tidak hanya menunjukkan kekompakan tetapi juga untuk mengekstraksi sejumlah konsesi dari AS menjelang perjanjian perdamaian, seperti pembebasan ribuan tahanannya, banyak di antaranya telah kembali. di garis depan, sementara itu hanya memberikan sedikit balasan," ungkapnya.

Dia ingat bahwa Biden, sebagai Wakil Presiden pada masa pemerintahan Barack Obama, bukanlah pendukungdari gelombang militer.

Sharma percaya bahwa keputusan Biden menarik pasukan Afghanistan adalah sesuatu yang sudah diprediksi dan pertanyaannya bukanlah tentang "jika" tetapi "kapan", dan bagaimana hal itu akan terjadi.



"Perang Afghanistan sebagian besar telah memudar dari ingatan publik Amerika dan banyak yang merasa sulit untuk memahami mengapa Amerika terlibat dalam perang Afghanistan yang tampaknya jauh. Perhatian AS telah bergeser untuk menangani ancaman lain yang muncul terhadap keamanan nasionalnya seperti China misalnya," ungkapnya.

Sementara itu, Sardar Nadir Naim, Ketua Dewan Direktur di Kabul Institute For Peace, meyakini bahwa prospek jangka pendek Afghanistan sangat bergantung pada hasil proses perdamaian Afghanistan saat ini melalui jalur politik.

"Mencapai konsensus politik menuju perdamaian dan pembagian kekuasaan di antara perantara kekuasaan Afghanistan termasuk pemerintah dan Taliban serta konsensus regional di antara negara-negara tetangga untuk penyelesaian politik di Afghanistan merupakan komponen yang sama pentingnya untuk masa depan Afghanistan," katanya.



Naim ingat, bahwa meski Taliban mungkin melihat penarikan AS sebagai kemenangan, AS akan menganggapnya sebagai jalan keluar strategis dari "perang tanpa akhir,"

Dia juga mengatakan bahwa AS percaya bahwa Afghanistan saat ini bukan lagi ancaman untuk mereka dan mereka saat ini perlu mengalihkan fokus pada ancaman lain, baik dari dalam maupun luar negeri.
(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2561 seconds (0.1#10.140)