Menelisik Bom Katedral Makassar, Terorisme Keluarga dan Warisan ISIS

Jum'at, 02 April 2021 - 09:19 WIB
loading...
A A A
“Apa yang kami lihat bukan hanya pendukung ISIS yang bertindak sendiri sesuai dengan instruksi sebelumnya untuk melakukan apa yang Anda bisa lakukan di mana pun Anda bisa,” katanya, “Tapi juga melakukannya karena pengemudi lokal.”

Membuka toko kebab di samping rumahnya setelah dia menikah, para tetangga mengatakan bahwa Lukman pendiam dan religius. Sedangkan istrinya menjual produk pemutih kulit secara online. Semua orang terkejut mengetahui bahwa mereka diam-diam menyimpan niat kekerasan.

“Saya sedang menjual makanan di pasar ketika seseorang mengatakan seseorang telah meledakkan diri. Saya berkata, 'Bodoh sekali. Mengapa ada orang yang bunuh diri? Untuk apa?' Tetapi saya tidak menyadari bahwa itu adalah keponakan saya," kata bibi Lukman, Sitti Rahma, 48, kepada Reuters, sambil berlinang air mata.

Polisi mengatakan pembom berusia 26 tahun itu meninggalkan surat perpisahan kepada ibunya, di mana dia menyatakan keinginannya untuk mati karena keyakinan agamanya.

Hari Rabu lalu, polisi menembak mati seorang perempuan berusia 25 tahun dan bersenjata yang berusaha menyerang Mabes Polri di Jakarta. Menurut polisi, beberapa jam sebelumnya dia telah mem-posting gambar bendera negara ISIS di akun Instagram-nya.

Dilihat sebagai balas dendam atas serangkaian penangkapan tersangka militan di seluruh nusantara dalam beberapa hari terakhir, insiden tersebut adalah contoh lain dari tren global perempuan yang mengambil peran militan yang lebih aktif.

Sejak serangan Minggu Palma, polisi Indonesia telah menangkap setidaknya 32 tersangka ekstremis di Jakarta, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Rentetan penggerebekan itu juga menemukan lebih dari 5 kilogram bahan peledak, termasuk "Mother of Satan", atau triacetone triperoxide (TATP); campuran yang kuat tapi tidak stabil yang sering digunakan oleh kelompok militan.

“Meski terdesak di Timur Tengah, jaringan ISIS di berbagai negara masih aktif, termasuk di Indonesia,” kata analis terorisme Stanislaus Riyanta. "Kekuatan mereka berkurang, tapi mereka belum mati."

Ismail, analis di S. Rajaratnam School of International Studies berkata: "Anda tidak dapat menyangkal fakta bahwa masih ada kekhalifahan virtual, yang sekarang sangat sulit untuk dilawan."
(min)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1271 seconds (0.1#10.140)